Minggu, 30 Juni 2013

UAS PEDAGOGIK




Apakah Tuna Rungu akan mengalami Tuna Wicara ?
(SLBN 2 PKLK Kota Cimahi)
A.     DESKRIPSI PERMASALAHAN
Sebagian besar seseorang menginginkan keturunannya yang sempurna, tidak memiliki kekurangan satua apapun, akan tetapi kita sebagai manusia hanya bisa berdoa dan berharap agar memiliki keturunan yang sempurna. Namun apabila kita diberikan keturunan yang tidak sempurna misalnya tuna rungu, maka sikap kita hanya bisa bersabar dan berusaha untuk memberikan motivasi untuk tetap semangat menjalani kehidupan ini, dan merubah kelemahan atau kekurangan yang dimiliki anaknya tuk menjadikan kekuatan dalam menjalani kehidupan ini.
Manusia sebagai makhluk sosial termasuk juga seorang tunarungu. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia akan berkomunikasi dengan lingkungan masyarakatnya, namun yang terjadi pada seorang tunarungu sebagian besarnya  tidak mampu menjalin komunikasi dengan lingkungan masyarakat secara baik sehingga dia merasa tersingkirkan dari masyarakat tersebut dan akan terus menyendiri. Peristiwa ini merupakan akibat dari ketidakpahaman seorang anak tuna rungu dengan lingkungannya ataupun sebaliknya, karena sebagian besar masyarakat menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi.
Pada Sekolah Luar Biasa atau yang sering dikenal SLB ini adalah tempat sekolah bagi mereka yang memiliki kebutuhan khusus (AKB), pada SLBN 2 PKLK Kota Cimahi ini terdapat 4 kelas yaitu kelas A, B, C dan D. Pada kelas B (Tuna Rungu) khususnya, saya menemukan permasalahan yaitu adanya indikasi tuna ganda (Tuna Rungu dan Tuna Wicara) pada AKB Tuna Rungu dan tidak untuk sebaliknya.
Mengapa Tuna Rungu akan mengalami Tuna Wicara dan mengapa tidak terjadi pada Tuna Wicara? Dan Apa yang mereka katakan ketika tak mendengar? Dan Apa yang akan dia dengar ketika dia tak berbicara?  Lalu apa yang dapat mereka lakukan ketika tak berbicara dan tak mendengar?seperti apa aktivitas mereka ketika disekolah?
Mengapa? Karena tuna wicara akan menggunakan pendengarannya untuk berkomunikasi dan disampaikannya  melalui gerakan tubuh atau yang dikenal sebagai bahasa isyarat, walaupun masih kurang diterima dilingkungan masyarakat dalam berkomunikasi. Sedangkan seorang Tunarungu lebih banyak menggunakan bahasa isyarat (dengan melihat gerakan bibir lawan bicaranya lalu disampaikan melalui gerakan tubuh) dalam berkomunikasi dengan lingkungannya, padahal lingkungan pada umumnya merupakan masyarakat yang lebih banyak memahami bahasa lisan daripada bahasa isyarat sehingga anak tunarungu akan kesulitan memahami ungkapan lisan di lingkungannya, begitupun dengan lingkungannya juga akan kesulitan dalam memahami bahasa isyarat. Berkomunikasi dengan bahasa isyarat sangat tidak efektif karena tidak semua orang yang berada dilingkungan tersebut mampu memahaminya, apabila tidak adanya pengembangan berkomunikasi secara verbal, maka anak tersebut akan tersingkirkan dari lingkungannya. Peristiwa terjadi pada hampir semua anak tunarungu, termasuk yang terjadi di sekolah ini. Mengapa itu terjadi? karena murid yang sekolah disini sebagian besarnya sudah dewasa secara umur namun tidak cukup mahir mengenai kemampuan komunikasi secara lisan. Salah satu penyebabnya karena adanya keterlambatan pendekteksian secara dini mengenai ketunarunguan dan juga penanganan mengenai pelatihan kemampuan berkomunikasi secara verbal. Ketika keterlambatan tersebut terjadi, maka perkembangan komunikasi secara verbal anak tersebut lemah, dan menjadikan dirinya sebagai tunaganda.
Lalu apa yang dia katakan dan dengar ketika tak berkata dan tak mendengar? Secara logika, seseorang akan berbicara ketika dia mendengarkan bunyi atau suara dan dia akan diam ketika tak mendengar apapun. Itulah yang mereka lakukan ketika disekolah, adapun perbincangan kecil yang terjadi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru yang sangat amat pendek dan sederhana.
Aktivitas ketika mereka disekolah sama saja dengan sekolah normal, mereka melakukan pembelajaran dikelas maupun  diluar kelas (olahraga). Lalu bagaimana dengan kemampuan akademik juga minat dan bakat pesertadidik? Pada sekolah ini, sebagian besar muridnya dalam bidang akademik sangat lemah karena kurang memahami apa yang disampaikan guru nya khususnya dalam bidang bahasa (Bahasa Sunda, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia) namun untuk bidang yang lain seperti kemampuan berhitung (matematika), kemampuan berekspresi (Kesenian) dan berolahraga (Penjas) bisa dikatakan sama dengan mereka yang tidak berkebutuhan khusus (Normal), cepat merespon . Contoh pelajaran Bahasa Indonesia mengenai pengenalan budaya di Indonesia : Tari Jaipong adalah seni tari tradisional khas Sunda. Atau bus (menunjukan gambar bus) adalah alat transportasi (??) darat (menunjukan bagian tanah atau yang berada diatas air).
Penjelasan : tari jaipong, ini (menunjukan vidoe) yang namanya tari Jaipong (mendeskripsikan tari Jaipong), Terus Sunda, ini (menunjukan peta Pulau Jawa) , menujukkan letak geografis wilayah sunda. Namun ketika mendeskripsikan “Tradisional”. Apa itu tradisional?, bentuknya seperti apa?. Apa itu transportasi ?. dari contoh diatas menunjukan bahwa banyaknya kesulitan siswa peserta didik dalam mengikuti pelajaran yang bersifat verbal. Dan mereka hanya bisa lakukan sekarang adalah mencoba mengikuti apa yang sudah diberikan, memperbaiki apa yang kurang dan mencoba mengembangkan kemampuan pada bidang yang bisa mereka sukai (olahraga dan ketrampilan).

Seperti apakah komunikasi yang dilakukan mereka di SLBN 2 Kota Cimahi? Dan bagaimana proses pembelajaran disekolah ini?Bagaimana peran seorang guru  merubah kebiasaan komunikasi mereka? Mampukah ?
Komunikasi yang dilakukan siswa di sekolah ini,sebagian besar masih menggunakan cara manual, yaitu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat yang sangat sederhana dan salah satu solusi penggunaan alat elektronik (telepon genggam) sebagai alat komunikasi, karena mereka belum mampu berkomunikasi secara lisan. Memang susah untuk mengubah cara mereka berkomunikasi dan membutuhkan waktu yang sangat lama dan juga adanya kerjasama antara guru, orang tua dan kemauan anak itu sendiri. Contohnya pengucapaan kata “bantal”. Orangtua siswa harus mengucapkan kata “bantal” sebanyak 100 kali dalam seminggu tentunya dengan suara yang keras, tujuannya agar anak tersebut mampu mengenali kata “bantal” dan mampu mengetahui bentuk bantal yang dimaksud. Selain itu, ada program khusus yang  dapat diikuti siswa disekolah yaitu “Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama”. Pada program ini, semua murid tunarungu akan dibina untuk mengasah kepekaan suara dengan sisa pendengaran yang ada melalui audio(cd) visual(buku pop-up). Salah satunya adalah mempelajari tinggi, rendah, keras lembutnya suara. Program ini akan berjalan lancar ketika siswa mampu mempelajarinya dengan baik.
Adapun dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru dikelas adalah sedikit menggunanakan BKPBI dan  lebih banyak menggunakan alat peraga dan bahasa isyarat, tentunya pembelajaran dengan metode ini kurang efektif, karena tidak berfungsinya mulut  secara maksimal sebagai alat komunikasi yang penting digunakan ketika berada dilingkungan masyarakat. Namun tidak menutup kemungkinan kemampuan siswanya bertambah dengan adanya kemajuan dalam mengucapkan kalimat, walaupun sangat sederhana. Mampu tidak merubah cara komunikasi dengan pembelajaran seperti ini ? masih belum mampu, karena dilihat dari tingkatan pendidikan mereka yang masih Sekolah Dasar (SD) kelas 1, kelas 2, kelas 4 dan kelas 6. Lalu apa yang bisa guru lakukan tuk merubah kebiasaan komunikasi mereka? Guru dalam proses pembelajaran harus membiasakan menyampaikan materi secara lisan karena dengan pembiasaan  ini, diharapkan  murid  mampu  membaca dan memahami apa yang disampaikan guru  ketika sedang mengajar. Kegiatan ini memiliki tujuannya yaitu agar siswa selain paham dengan gerakan isyarat, dia juga mampu memahami gerakan bibir. Ketika dia mengetahui dan memahami apa yang disampaikan guru kepada muridnya melalui gerakan bibir, maka secara tidak langsung akan menambah kosakata dan struktur bahasa pada diri siswa itu sendiri.
Bagaimana dengan Alat Bantu Mendengar (ABM) dan treknologi lainnya, berfungsikah?
ABM sangat membantu siswa dalam mendengarkan, dengan alat ini mereka dapat berkomunikasi dengan lingkungan masyarakatnya walaupun masih skala kecil. Namun alat ini akan maksimal ketika dipakai oleh pengguna ketika awal gejala tunarungu dengan binaan dari orang yang paham akan program “Bina Kemampuan Persepsi Bunyi dan Suara” melalui pendidikan. Adapun alat komunikasi lain yang digunakan oleh siswa sekolah ini adalah menggunakan alat tulis dan message pada telepon genggam. Alat ini akan digunakan ketika dia berkomunikasi dengan orang yang tidak paham dengan bahasa isyarat (orang lain), sebagai solusi akhir mereka. Itupun sangat sederhana dalam penyampaian kalimatnya (verbal).

Lantas seperti apa indikasi tuna ganda pada AKB Tunarungu? Adakah yang terindikasi Tuna Ganda?
Faktor terjadinya Tuna ganda pada AKB Tunarungu antara lain:
ü  Faktor dari orang tua (menerima/ tidak menerima anak tersebut), keturunan;
ü  Kurangnya pemahaman orang tua akan pendeteksian secara dini mengenai tunarungu;
ü  Lingkungan yang terpencil, sehingga sarana dan prasaranan tidak tersedia;
ü  perekonomian menengah-bawah;
ü  Kemampuan verbal yang lemah;
ü  kurang terlatih dalam berbicara;
ü  Masih menggunakan komunikasi secara manual (bahasa isyarat);
ü  Kemampuan siswa yang tidak terbina dengan baik.
Indikasi Tuna Ganda pada peserta didik sebelum masuk kesekolah ini ada, dan setelah masuk sekolah ini mereka akan dibina secara maksimal sehingga bisa berkomunikasi secara lisan, walaupun hasilnya belum terlihat maksimal. Seorang tunarungu pasti akan mengalami tuna wicara karena bagaimana dia berbicara, mendengarkanpun tak bisa, bagaimana dia mendengar ketika berbicarapun tak bisa. Dia hanya bisa mengungkapkan atau berkomunikasinya dengan gerakan ataupun melalui alat peraga (alat tulis, hp dll). Adanya komunikasi satu arah (dia mengerti apa yang disampaikan, tapi tidak mengerti bagi pendengar begitupun sebaliknya).



Lalu dampak apa yang akan terjadi pada penderita Tunaganda pada ABK Tunarungu? Seperti penanganannya? Lalu bagaimana dengan dampak bagi penderita yang tidak berpendidikan? Nasibnya samakah? Bedahka? Lalu apa yang membedakan mereka yang berpendidikan dengan yang tidak berpendidikan?
Dampak secara psikologis, mereka akan cenderung pendiam dengan segala permasalahan yang ada, ketakutan dalam menghadapi berbagai masalah, keegoisan yang tinggi , keinginan yang kuat akan semua hal yang dinginkan. Perkembangan psikologis pada penderita harap diantisipasi dengan pendeteksian diri, juga penanganan mengenai kemampuan verbal yang harus terus dilatih tentunya dengan bantuan dan dorongan dari orang tercinta. Bantuan dan dorongan bisa berbentuk kasih sayang, perhatian, motivasi , penyemangat dll.
Dampak secara sosial, hubungan yang tidak harmonis antara penderita maupun lingkungannya, ketika kedua belah pihak tidak mau menerima dengan apa adanya. Sebaliknya ketika lingkungan keluarga dan masyarakat menerima dan memberi kebebasan untuk melakukan aktivitasnya, maka akan terjalin hubungan yang baik antara penderita dengan lingkungannya juga berdampak pula pada perkembangan psikologisnya. Ketika adanya penerimaan dan kebebasan beraktivitas, maka penderita akan merasa bahwa dia masih diakui dan merupakan bagian dari mereka. Namun sebaliknya ketika penolakan dan cacian datang menghadang, maka penderita cenderung akan diam dalam ketakutan dan mengurung dirinya dalam keramaian lingkungan masyarakatnya.
Secara ekonomi, ketika adanya pemerimaan dan kebebasan untuk beraktivitas, maka penderita akan mengembangkan potensi yang dimiliki baik dimanfaatkan untuk memperkaya diri maupun sebagai alat untuk memotivasi sesama penderita agar tetap semangat dalam ketidakmampuannya dan mau berusaha untuk maju dengan kemampuan yang ada. Seperti yang terjadi pada sodara Iwan Waskito Adi. Dia adalah seorang Tunaganda (Tunarungu dan Tunawicara) yang telat penanganannya, namun ketika dia berada dilingkungan masyarakat yang menerima akan kehadirannya, dia tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik yang banyak disukai oleh penduduk masyarakat tersebut. Walaupun dia seorang alumni juga sebagai tukang parkir di tempat SLB ini, dia tidak merasa malu dengan kekurangannya. Secara ekonomi dia berpenghnya. Secara ekonomi dia berpenghasilan cukup, cukup untuk bertahan hidup, cukup untuknya dan keluarganya. Ini membuktikan bahwa kondisi keluarga dan lingkungan masyarakat akn mempengaruhi semua aspek kehidupannya (penderita).
Dampak yang akan terjadi pada siswa ketika kembali ke masyarakat, itu akan tercipta dengan sendirinya. Untuk itu pendidikan ini, diharapkan mampu meminimalisir dampak yang akan terjadi pada siswa tersebut.
Lalu bagaimana dengan dampak atau nasib penderita yang tidak berpendidikan? Dampak atau nasibnya sama kah? Bedakah? Lalu seperti apa perbedaa diantara mereka?
Secara logika penderita yang berpendidikan saja seperti ini (penjelasan diatas) apalagi yang tidak berpendidikan.  Dampak yang akan terjadi ketika penderita tunaganda yang tidak berpendidikan tentunya secara pengembangan kemampuan berkomunikasi secara lisan akan terhambat karena tidak mempunyai pengalaman dalam mempelajari hal tersebut dan tidak maksimal jika dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan. Adapun dampak panjang dalam kehidupan bermasyarakat akan menemukan kesulitan dalam pergaulan contohnya mencari pendamping, dalam perekonomian misalnya dia  akan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan dll.  Namun tidak menutup kemungkinan ada dari mereka yang mampu menunjukan dirinya sebagai manusia yang mampu merubah kekurangan menjadi sebuah kekuatan tuk menjalani kehidupannya. Yang jelas perbedaan mengenai dampak yang akan dialami antar mereka yang berpendidikan dengan mereka yang tidak berpendidikan adalah pada motivasi mereka tuk menjalani kehidupan ini. Ketika seseorang termotivasi untuk bangkit dari keterpurukan, maka suatu saat dia akan menemukan titik keberhasilan menuju kesuksesan walaupun dengan segala faktor yang menghambat perkembangannya tuk sukses begitupun sebaliknya.
Lalu siapa yang memotivasi mereka tuk tetap menjalani kehidupan ini?
 Siapa? Tentunya dalam diri mereka sendiri, melalui siapa? Melalui keluarga dan orang terdekatnya ataupun sesema penderita yang telah sukses, sehingga dia termotivasi tuk menjalani kehidupan ini.









B.     ANALISIS PERMASALAHAN

Nama : Iwan Waskito Adi
Dia adalah salah satu murid kelas B (tunarungu) di SLBN 2 Kota Cimahi yang telah lulus dari sekolah ini. Pekerjaan dia sekarang adalah sebagai Tukang Parkir di sekolah tersebut. Dengan penghasilan rata-rata lebih dari satu juta perbulan. Dia seorang yang baik, dan dia termasuk orang yang tuna ganda yaitu tuna rungu dan tunga wicara. Karena dulu ketika kecil tidak diurus  oleh orang tuanya sehingga kurang mendapatkan pengajaran yang baik mengenai berbicara dll. Karena pada dasarnya seorang tuna rungu dapat berbicara ketika dia mampu mendengarkan, ataupun sebaliknya dia tidak akan berbicara ketia dia tidak mendengarkan. Itulah yang terjadi pada Iwan.
            Contoh peristiwa diatas merupakan salah satu dampak dari tuna rungu, karena ketika dia terbukti tunarungu, maka harus adanya perhatian khusus dari orang tua mengenai komunikasi verbal agar tidak terjadi tuna ganda yang banyak terjadi. Adapun cara yang bisa dilakukan dengan konsultasi dengan dokter juga disertai pemberian alat bantu dengar dengan didampingin oleh ahli agar mampu mendengar secara maksimal walaupun dengan pendengaran yang tersisanya. Kejadian ini terjadi disekolah ini , keterlambatan penanganan dan ketidaktahuan orang tua mengenai gejala yang tampak. Orangtua akan konsultasi kedokter, akan membawa anaknya untuk Sekolah  Luar Biasa ( SLB) ketika sudah terjangkit. Inilah kesalahan orangtua.
Mengenai proses pembelajaran di sekolah ini, proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan murid sering kali mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan pelajaran yang bersifat verbal (bahasa) namun sebaliknya ketika dihadapkan dengan perhitungan dan praktek, siswa akan bersemangat mengikuti mata pelajaran tersebut. Alasan mereka tertarik dengan mata pelajaran yang dipraktekkan langsing, karena mereka akan lebih cepat memahami daripada mata pelajaran yang bersifat verbal.
Mengenai komunikasi atau penyampaian,( penyampaian materi, penyampaian ide atau pendapat). Seorang guru akan menggunakan bibir sebagai alat komunikasi, tujuannya agar siswa dapat mengetahui dan memahami apa dan maksud yang disampaikan guru . ketika siswa itu tahu dan paham, maka secara tidak langsung akan menambah kosakata dan struktur bahasa bagi siwa itu sendiri. Adapun mengenai
Mengenai penyampaian atau berkomunikasi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru dalam pembelajran maupun dalam sekolah, mereka berkomnukasi dalam pembelajaran menggunakan semuanya baik isyarat, alat bantu dengar maupun secara geraka bibir, namun ketika antara siswa dengan siswa diluar jam pelajran mereka cederung menggunakan bahasa isyarat. Peristiwa ini sangatlah berbahaya jikalau dibiarkan terlalu lama, mengapa? Karena kebiasaan ini akan menjadikan mereka sebagai tunaganda karena tidak menggunakan mulutnya sebagai alat untuk berkomunikasi secara lisan. Kebiasaan ini harus segera di lakukan pembinaan agar mereka tidak teridentifikasi tunaganda. Dilihat dari masalah yang serius ini ternyata ada beberapa siswa disini yang terjangkit, tentunya peristiwa ini sangat memilukan dan perlu adanya kegiatan penyuluhan mengenai deteksi secara dini menganai gejala yang timbul dan penanganan yang dibutuhkan mereka.