Minggu, 23 Februari 2014

KECERDASAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kecerdasan atau intelejensi seseorang dibawa dari pertama kali ia dilahirkan. Akan tetapi perkembangan kecerdasan atau intelegensi itu didapatkan seseorang seiring perkembangannya dalam kehidupan.
Menurut Piaget perkembangan intelegensi atau kecerdasan anak itu terbagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motorik antara umur 0-2 tahun, tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-12 tahun), dan tahap operasional formal (12 tahun-seterusnya). Menurut piaget apabila satu tahap saja tidak dilalui oleh seorang anak, maka itu akan berakibat pada kecerdasan anak itu sendiri.
Intelegensi sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena tanpa intelegensi tersebut, seseorang tidak akan mampu untuk membedakan sesuatu, baik itu hal yang nyata ataupun hal yang tidak nyata. Jika kita membicarakan intelegensi maka tidak terlepas dari proses pembelajaran. Karena intelejensi itu berkembang dan didapatkan melalui proses pembelajaran. Jika intelegensi itu tidak diasah maka intelegensi itu tidak akan berkembang dan tidak akan ada perubahan.
Adapun Kecerdasan sosial tidak kalah penting dibandingkan dengan kecerdasan intelektual dll. Banyak para orangtua yang sangat senang apabila anaknya mendapat nilai yang selalu bagus di sekolahnya. Hal tersebut memang benar, namun tidak seutuhnya benar. Sebab menurut  penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman (1995 dan 1998) menunjukkan bahwa kecerdasan sosial, emosional, dan spiritual memberikan kontribusi sebesar 80% terhadap tingkat kesuksesan seseorang, sedangkan kecerdasan intelektual hanya memberikan kontribusi sebesar 20%.
Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan sosial yang tinggi, cenderung akan lebih mudah beradaptasi dan pandai berkomunikasi, sehingga akan memiliki banyak teman dan dia akan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Kemampuan seperti itu lah yang dibutuhkan untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada pada zaman sekarang ini.
Berdasarkan uraian diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai kecerdasaan sosial pada anak yang dapat dikembangan melalui kegiatan pembelajaran, sehingga anak mudah dalam berkomunikasi dengan orang lain.
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembuatan makalah “Kecerdasan Sosial” adalah:
a.       Apa pengertian Kecerdasan Sosial?
b.      Apa komponen dan indikator Kecerdasan Sosial?
c.       Bagaimana model Kecerdasan Sosial menurut para ahli?
d.      Bagaimana pengaruh Kecerdasan Sosial terhadap kesuksesan?
e.       Apa yang menjadi komponen utama membangun Kecerdasan Sosial?
f.       Bagaimana meningkatkan Kecerdasan Sosial pada anak?

1.3  Tujuan Makalah
a.       Untuk mengetahui Pengertian atau Defini Kecerdasan Sosial;
b.      Untuk mengetahui Komponen dan Indikator Kecerdasan Sosial;
c.       Untuk mengetahui Model Kecerdasan Sosial menurut para ahli;
d.      Untuk mengetahui Pengaruh terhadap Kecerdasan Sosial terhadap Kesuksesan;
e.       Untuk mengetahui Komponen Utama dalam Membangun Kecerdasan Sosial;
f.       Untuk mengetahui Cara Meningkatkan Kecerdasan Sosial pada nak.

1.4  Manfaat Makalah
a.       Bagi Penulis
Manfaat yang diharapkan oleh Penulis dengan hadirnya makalah ini adalah bertambahnya wawasan mengenai Kecerdasan Sosial.
b.      Bagi Pembaca
Manfaat bagi pembaca adalah dapat mengetahui lebih lanjut mengenai apa itu Kecerdasan Sosial dan cara mengembangkannya dalam proses pembelajaran.

1.5  Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai Kecerdasan sosial, yang meliputi: definisi, komponen dan indikator, model maupun cara dalam meningkatkan maupun membangun kecerdasan sosial dalam pembelajaran pada anak.

BAB II
LANDASAN TEORI
DAN PEMBAHASAN KECERDASAN SOSIAL

2        PETA KONSEP
2.1  LANDASAN TEORI
a.      Definisi Kecerdasan Sosial
§  Thorndike (dalam Goleman, 1995) pengertian kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk memahami dan mengatur orang untuk bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
§  Anderson, (dalam Safaria, 2005) mengungkapkan konsep kecerdasan sosial diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi saling menguntungkan.
§  Handy, (2006) mengatakan bahwa kecerdasan sosial ialah suatu kemampuan untuk memahami dan mengelola hubungan manusia.
§  Goleman, (2007) sebagai hubungan interpersonal, baik atau buruk, memiliki kekuatan untuk membentuk otak kita dan mempengaruhi sel-sel tubuh yang dapat menciptakan suatu kemampuan dalam memahami orang lain, membentuk relasi dan mempertahankannya dengan baik.
§  Ford memberi definisi mengenai kecerdasan sosial yaitu tindakan yang sesuai dengan tujuan dalam konteks sosial tertentu, dengan menggunakan cara-cara yang tepat dan memberikan efek yang positif bagi perkembangan.
Kesimpulan:
Maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang disekitarnya.
b.      Komponen dan Indikator dari Kecerdasan Sosial
1.      Social Intelligence Internal
ü  Keinginan bersosial dari dalam diri
ü  Menjalin hubungan baik dengan orang lain
ü  Mengorbankan kepentingan diri demi orang lain

2.      Social Intelligence Eksternal
ü  Adanya pengaruh untuk bersosialisasi
ü  Menyelesaikan permasalahan dalam berinteraksi
ü  Bersosial karena ada faktor yang lain (misal : agar mendapat  pujian/sanjungan dari orang lain).
c.       Model Komponen Dasar Kecerdasan Sosial
Menurut Karl Albrecht
Dalam buku karangan Karl Albrecht yang berjudul The New Science of Success, disebutkan bahwa ada lima komponen dasar untuk mengasah kecerdasan sosial, yang disingkat dengan kata ‘SPACE’, yaitu :
a)      thinkerS : Situational Awareness (kesadaran situasional)
“The ability to read situations and to interpret the behaviours of people in those situations.”
Makna dari kesadaran ini adalah sebuah kemampuan untuk bisa memahami dan peka akan kebutuhan serta hak orang lain.
Contoh: Seseorang yang merokok di tempat umum dan menghembuskan asapnya secara sembarangan menunjukkan bahwa dia memiliki situational awareness  yang rendah.
b)      P : Presence (kemampuan membawa diri)
ShakeHand
Also known simplistically as “bearing,” is the impression, or total message you send to others with your behavior. People tend to make inferences about your character, your competence and your sense of yourself based on the behaviors they observe as part of your total presence dimension.”
Bagaimana etika penampilan Anda, tutur kata dan sapa yang Anda berikan, gerak tubuh ketika bicara dan mendengarkan, adalah sejumlah aspek yang tercakup dalam elemen ini. Setiap orang pasti akan meninggalkan impresi yang berlainan tentang mutu presense yang dihadirkannya.
Contoh : Kita akan lebih mudah mengingat orang lain yang memiliki kualitas presence yang paling baik dan yang paling buruk.

c)      A : Authenticity (keaslian)
IMG_4441Authenticity is the extent to which others perceive you as acting from honest, ethical motives, and the extent to which they sense that your behavior is congruent with your personal values – i.e. “playing straight.”
Authenticity atau sinyal dari perilaku kita yang akan membuat orang lain menilai kita sebagai orang yang layak dipercaya, jujur, terbuka, dan mampu menghadirkan sejumput ketulusan. Elemen ini sangat penting sebab hanya dengan aspek inilah kita bisa membentangkan jejak relasi yang mulia nan bermartabat.
Contoh : Orang lain akan lebih memercayai kita, apabila kita tulus dalam segala perbuatan, dan juga apabila kita berlaku apa adanya, tidak dibuat-buat.
4.        C : Clarity (kejelasan)
blog.handraised       “Clarity is the ability to express ideas clearly, effectively and with impact. It involves a range of “communicating” skills such as listening, feedback, paraphrasing, semantic flexibility, skillful use of language, skill in using metaphors and figures of speech, and the ability to explain things clearly and concisely.
       Aspek ini menjelaskan sejauh mana kita dibekali kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan ide kita secara baik dan persuasif sehingga orang lain bisa menerimanya dengan tangan terbuka. Sering kali kita memiliki gagasan yang baik, namun gagal mengkomunikasikannya secara baik sehingga atasan atau rekan kerja kita tidak berhasil diyakinkan. Kecerdasan sosial yang produktif barangkali memang hanya akan bisa dibangun dengan baik apabila kita mampu mengartikulasikan segenap pemikiran kita dengan penuh kejernihan dan kebeningan.
Contoh : Seseorang yang memberikan pendapatnya dengan gugup dan tidak jelas, sekalipun gagasan itu bagus, tetap saja para pendengar akan merasa tidak yakin terhadap gagasan tersebut.
5.        E : Emphaty (empati)
Dancegiveempathy       “Emphaty is the skill of building connections with people – the capacity to get people to meet you on a personal level of respect and willingness to cooperate.”
Aspek ini merujuk pada sejauh mana kita bisa berempati pada pandangan dan gagasan orang lain. Dan juga sejauh mana kita memiliki keterampilan untuk bisa mendengarkan dan memahami maksud pemikiran orang lain. Kita barangkali akan bisa merajut sebuah jalinan relasi yang baik kalau saja kita semua selalu dibekali dengan rasa empati yang kuat  terhadap sesama rekan kita.

d.      Pengaruh Kecerdasan Sosial Terhadap Kesuksesan
Sosial IQ adalah ukuran kecerdasan sosial. Sosial IQ didasarkan pada 100 titik  skala, dimana 100 adalah skor rata-rata dan 140 (di atas 140) dianggap sangat tinggi. Sosial IQ di ukur dengan teknik tanya jawab. Orang dengan sosial IQ yang rendah akan dianggap anak-anak dan belum dewasa, bahkan jika orang tersebut pun telah berumur dewasa. Cara yang baik untuk mengukur sosial IQ adalah dengan menggunakan sistem IQ dasar, disesuaikan dengan keterampilan sosial. Kebanyakan orang memiliki IQ sosial 85-115.
            Orang dengan sosial IQ di bawah 80 mungkin memiliki gangguan spektrum autisme, seperti sindrom Asperger dan skizofrenia. Orang-orang ini mungkin mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan memerlukan pelatihan keterampilan sosial atau dukungan tambahan dari spesialis jiwa.
Orang-orang ini sulit mendapatkan pekerjaan karena mereka tidak memiliki komunikasi interpersonal yang diperlukan dan keterampilan sosial untuk sukses dalam angkatan kerja.  Orang-orang ini dapat bekerja dengan baik dalam pekerjaan meja kantor, pekerjaan rumah atau pekerjaan yang tidak memerlukan banyak interaksi, seperti konstruksi.
            Orang dengan sosial IQ di atas 120 dianggap sangat terampil dan menyesuaikan diri dengan baik, dan bisa bekerja dengan baik dengan pekerjaan yang melibatkan kontak langsung dan komunikasi dengan orang-orang.
Perhatikan tabel di bawah ini :
Tingkat Sosial Intelligence
Umur
120 (diatas rata-rata – sosial dewasa untuk usia)
20.4
110
18.7
100 (rata-rata)
17
90
15,3
80
13,6
70 (dibawah rata-rata)
11,9
60
10,2
50
8,5
40
6,8
30
5,1

e.       Komponen membangun Kecerdasan Sosial
Penulis sains populer Daniel Goleman (2007) menyatakan adanya 2 komponen utama dalam membangun kecerdasan sosial yang baik yaitu : 
1.      Kesadaran sosial.
Kesadaran sosial merujuk pada spektrum yang merentang secara instan merasakan keadaan batiniah orang lain sampai memahami perasaan dan pikirannya, untuk "mendapatkan" situasi sosial yang baik meliputi :
§  Empati dasar : Suatu kemampuan untuk merasakan isyarat-isyarat nonverbal dengan orang lain dalam berinteraksi dengan orang lain. Dan kemampuan merasakan emosi orang lain berupa sebuah kemampuan jalan-rendah yang berlangsung spontan dan cepat atau muncul dan gagal dengan cepat dan otomatis.
§  Penyelarasan : Perhatian yang melampaui empati sesaat ke kahadiran yang bertahan untuk melancarkan hubungan yang baik, yaitu dengan menawarkan perhatian total kepada seseorang dan mendengarkan sepenuhnya, berusaha memahami orang lain lebih daripada menyampaikan maksud tertentu. Mendengarkan secara mendalam seperti itu kelihatannya merupakan kemampuan alamiah. Meskipun begitu, seperti halnya dengan dimensi-dimensi kecerdasan sosial lainnya orang bisa memperbaiki keterampilan penyelarasannya yang baik.
§  Ketepatan empatik : Ketepatan empatik dibangun di atas empati dasar namun menambahkan suatu pengertian lagi yaitu adanya suatu kemampuan untuk memahami pikiran, perasaan dan maksud orang lain dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga tercipta interaksi yang baik dan harmonis.
§  Pengertian sosial : Pengertian sosial merupakan aspek keempat dari kesadaran sosial yang merupakan pengetahuan tentang bagaimana dunia sosial itu sebenarnya bekerja. Orang yang memiliki kemahiran dalam proses mental ini akan banyak mengetahui apa yang diharapkan dalam kebanyakan situasi sosial. Kemahiran sosial ini dapat dilihat pada diri mereka yang secara tepat membaca arus-arus politik dalam sebuah organisasi.


2.      Fasilitas sosial, meliputi :
§  Sinkroni : Berinteraksi secara mulus pada tingkat nonverbal. Sebagai landasan fasilitas sosial, sinkroni adalah batu fondasi yang menjadi landasan di bangunnya aspek-aspek lain. Kegagalan dalam sinkroni merusak kompetensi sosial, membuat interaksi menjadi tidak selaras. Sinkroni memungkinkan kita bergerak dengan anggun melalui tarian nonverbal bersama orang lain dengan tanda-tanda sinkroni mencakup rentang interaksi yang terkonsentrasi secara harmonis, dari senyuman atau mengangguk pada waktu yang tepat untuk semata-mata mengarahkan tubuh kita pada orang lain.
§  Presentasi : Suatu kemampuan untuk menampilkan diri sendiri secara efektif untuk menghasilkan kesan yang di kehendaki. Salah satu hal yang di pandang penting dalam presentasi diri yaitu adanya kemampuan untuk "mengendalikan dan menutupi". Orang yang mahir dalam pengendalian itu merasa percaya diri dalam segala situasi sosial, memiliki kemampuan untuk bertindak yang sesuai pada tempatnya. Dengan begitu mereka dengan mudah bisa tampil tenang dan penuh kendali diri.
§  Pengaruh : Adanya suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar dapat membentuk hasil interaksi sosial yang baik. Dengan menggunakan kemampuan bicara yang hati-hati dan adanya kendali diri dan mendekati orang lain dengan perilaku profesional, tenang, dan penuh perhatian.
§  Kepedulian : Merupakan kemampuan seseorang untuk berbelas kasihan, peduli akan kebutuhan orang lain dan melakukan tindakan yang sesuai dengan hal itu. Kepedulian mendorong kita untuk mengambil tanggungjawab apa yang perlu dilakukan dengan baik dan akan menimbulkan orang-orang yang prihatin, yaitu seseorang yang paling bersedia mengambil waktu dan berusaha untuk membantu seorang koleganya. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwiAF36lm3EMwZx6LpQ7bnleQuXsIXYp75Y68fdtmAR0h927w-Uns6GaygABLB2OKIChnGlnmVsAul1TcF3Im4FyvkhZdLmVByy092dHWy2Vnnm_0rZZ1gRh6VtfXeUUao1CXew8uEqlrq/s320/g.jpgDari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa untuk membangun kecerdasan sosial yang baik kedua komponen di atas sangat diperlukan dan saling berhubungan.

f.       Cara Meningkatkan Kecerdasan Sosial
1.      Meningkatkan Kecerdasan Sosial:
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan sosial, diantaranya:
1.      Tubuh dapat berbicara lebih banyak dari kata-kata;
2.      Tubuh dirancang untuk berkomunikasi dengan orang lain;
3.      55% makna yang akan disampaikan dalam aktivitas tercermin pada sikap fisik;
4.      Tanpa kata-kata tubuh dapat mengkomunikasikan apakah seseorang sedang sedih, senang, marah, kecewa, bahagia, malu, takut, khawatir, gugup, antusias, percaya diri, dan lain-lain;
5.      Mendengarkan aktif.
Salah satu hal terpenting dalam kecerdasan sosial adalah selalu mau secara ikhlas untuk memahami semua tantangan komunikasi sosial sebelum mengeluarkan pendapat atau ide untuk kepentingan kehidupan sosial. Kecerdasan sosial akan menuntun diri untuk menjadi orang bijak yang cerdas memahami orang lain, serta selalu hidup dengan persepsi positif terhadap semua warna kehidupan di sekitarnya.
2.      Cara Mengembangkan Kecerdasan Sosial Pada Anak
a.      social_kidsMelatih empati anak sejak dini, empati adalah bagaimana buah hati kita bisa ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Cobalah sesekali anak kita diajak berbagi dengan teman atau sesama yang kekurangan. Ayah dan bunda bisa lho memanfaatkan moment ultah buah hati kita untuk berbagi hadiah pada teman/ tetangga yang kekurangan. Hal ini bisa meningkatkan empati buah hati.

b.       Sering-sering mengajak anak bersosialisasi dengan teman sebaya. Ketika buah hati kita sering kita ajak bersosialisasi dengan teman-temannya hal ini secara tidak langsung akan melatih skill anak dalam bersosialisasi. Anak akan belajar bahwa ada sikap-sikap positif yang harus dikembangkan agar teman-teman suka, tapi ada sikap-sikap negatif yang harus dihindari.
c.       Sesekali bisa juga kita ajak di forum orang dewasa. Sesekali ayah dan bunda bisa mengajak buah hati untuk ikut diacara-acara kita. Disini akan banyak skill yang kita ajarkan ke anak. Misalkan bagaimana harus mneghormati orang yang lebih tua, bersalaman ketika bertemu, tersenyum, ramah, menanyakan kabar. Hal-hal yang dilihat oleh anak kita akan dipelajari dan di contoh oleh anak.
d.      Presentasi diri dan keteladanan dari orangtua. Biarkan buah hati kita melihat dan mencontoh bagaimana cara kita bersosialisasi. Karena itu kita sebagai ayah dan bunda harus menjadi contoh dan teladan bagaimana cara yang baik dalam berinteraksi.



















2.2  PEMBAHASAN
Kecerdasan Sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan dimasyarakat dan kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan orang-orang disekitarnya.
Kecerdasan Sosial terdiri atas 2 komponen yaitu Internal dan Eksternal, dimana internal berkaitan dengan keinginan dalam diri untuk bersosial dan menjalin hubungan baik dengan orang lain, maupun mengorbankan kepentingan diri demi kepentingan orang lain. Adapun Kecerdasan Eksternal berkaitan dengan pengaruh dari orang sekitar, seseorang akan berinteraksi dengan orang disekitar jika ada kepentingan lain, baik berupa motivasi untuk mendapat pujian atau sanjungan dari orang lain.
Model Kecerdasan Sosial menurut  Karl Albrecht ada lima yaitu SPACE.
§  Kesadaran Situasional (memahami dan peka terhadap kebutuhan serta hak orang lain);
§  Kemampuan Membawa Diri(berkaitan dengan tingkah laku seseorang);
§  Keaslian (berkaitan dengan nilai kejujuran yang mana akan dipercaya oleh orang lain);
§  Kejelasan (kemampuan dalam menyampaikan ide secara persuasif/ bersifat ajakan);
§  Empati (sikap untuk menerima pandapat orang lain secara ).
Pengaruh Kecerdasan sosial terhadap kesuksesan merupakan pengaruh yang akan diterima oleh seseorang yang berdasarkan tingkat Sosial interligensi juga umur seseorang. Seseorang akan mengalami gangguan komunikasi apabila tingkat sosial inteligensi dibawah 85, begitupun sebaliknya. Dalam mengatasi gangguan komunikasi (autisme), maka perlu adanya pelatihan ketrampilan sosial, sehingga dapat berinteraksi dengan orang lain secara baik.
Cara meningkatkan kecerdasan sosial dapat dilakukan dengan meningkatkan komunikasi dengan orang lain, mendengarkan secara aktif dll. Adapun mengembangkan kecerdasan sosial pada anak dapat dilakukan dengan melatih empati anak sejak dini, bersosialisasi dengan teman sebaya, maupun orang dewasa baik dilakukan dalam keluarga maupun disekolah. Disekolah, pembelajaran ini dapat dilatih dengan kegiatan diskusi kelas maupun kegiatan lainnya.




BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Kecerdasan Sosial adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan hubungan (relasi), membangun dan juga mempertahankan relasi dengan orang lain, sehingga dapat menguntungkan kedaua belah pihak. Dalam menjalin relasi ini, seseorang perlu bersikap dan bertingkah laku baik, sehingga relasi ini dapat dipertahankan.
Orang yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi biasanya mudah beradaptasi dan pandai berkomunikasi. Contoh orang yang memiliki kecerdasan ini misalnya Public Relation.
Dalam pembelajaran, kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan sosial dapat dilakukan dengan diskusi kelas. Adapun dalam keluarga dapat melatih anak untuk saling menghargai pendapat orang lain, berempati, bersosialisasi dengan teman sebaya, maupun orang dewasa.


3.2  SARAN
Pada dasarnya kecerdasan yang dimiliki seseorang haruslah di gunakan dan dikembangkan secara terus-menerus guna memaksimalkan potensi diri untuk lebih baik. Pada kecerdasan sosial, seseorang haruslah meningkatkan interaksi dengan orang lain dengan memperhatikan sikap dan tingkah laku diri sendiri maupun orang lain, baik merespon pendapat maupun dalam menyampaikan ide ataupun gagasan, sehingga dapat dipahami dan diterima dengan baik.





2 komentar: