Minggu, 23 Februari 2014

PENGELOMPOKKAN PESERTA DIDIK





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antara individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama berkenaan dengan berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas, dan yang kedua berkenaan dengan berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi.
Perbedaan antar peserta didik dan intra peserta didik ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara individual demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi. Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari pengajaran sistem klasikal dan sistem individual.
Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta didik yang lambat dan sebaliknya (peserta didik yang lambat tidak mengganggu yang cepat), maka dilakukanlah pengelompokan peserta didik . Tidak jarang dalam pengajaran yang menggunakan sistem klasikal, peserta didik yang lambat, tidak akan dapat mengejar peserta didik yang cepat.

B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana jenis  pengelompokkan peserta didik di SDN Dr. Cipto ?
b.      Bagaimana implementasi dari pengelompokan peserta didik di SDN Dr. Cipto?
c.       Apa tujuan pengelompokan peserta didik di SDN Dr. Cipto ?
d.      Apa yang menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan dari pengelompokan peserta didik di SDN Dr. Cipto ?

C.    Tujuan penelitian
Tujuan dari pembuatan makalah ini:
a.       Untuk mengetahui bentuk  pengelompokkan peserta didik di SDN Dr. Cipto
b.      Untuk mengetahui implementasi dari pengelompokan peserta didik di SDN Dr. Cipto
c.       Untuk tujuan dari implementasi pengelompokan peserta didik di SDN Dr. Cipto
d.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi implementasi pengelompokan peserta didik di SDN Dr. Cipto.

D.    Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh tim penulis dengan adanya makalah ini adalah bertambahnya wawasan rekan mahasiswa mengenai pengelompokkan peserta didik dengan bersama-sama mengkajinya melalui observasi yang dilakukan di SDN Dr. Cipto.

E.     Batasan Masalah
Pada laporan ini terdapat pemaparan mengenai pengelompokkan peserta didik di tingkat sekolah dasar, tepatnya di SDN Dr. Cipto.




BAB II
LANDASAN TEORI
a.      Pengertian
”Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya” ( Ali Imron, 1995: 75). Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan yang sama. Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim dengan istilah pengklasifikasian (clasification).
b.      Tujuan
Tim Dosen  AP (1989: 99) menyimpulkan “Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan”.
c.       Fungsi
Menurut William A Jeager dalam pengelompokkan peserta didik dapat didasarkan kepada:
Fungsi integrasi, yaitu pengelompokkan berdasakan kesamaan-kesamaan peserta didik. Pengelompokkan ini berdasarkan jenis kelamin, umur, dan sebagainnya.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.
Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta didik didasarakan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam induvidu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan sebagainnya. Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini  menghasilkan pembelajaran yang bersifat induvidual.






d.      Jenis-jenis
Ada banyak jenis pengelompokan peserta didik yang dikemukakan oleh para ahli. Mitchun ( Ali Imron, 1995: 74)  mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik. Yang pertama, ia namai dengan ability grouping, sedangkan yang kedua ia namai dengan sub-grouping with in the class. Yang dimaksud ability grouping adalah pengelompokan berdasarkan kemampuan di dalam setting sekolah. Sedangkan sub- grouping with in the class adalah pengelompokan dalam setting kelas.
Pengelompokkan berdasarkan kemampuan dalam setting sekolah meliputi:
1.            Pengelompokan dalam Kelas-kelas
Agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, peserta didik yang berjumlah besar perlu dibagi-bagi- menjadi kelompok-kelompok yang disebut kelas. Banyaknya kelas disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang baru diterima, sedangkan jumlah peserta didik untuk (besarnya kelas=class size),  untuk setiap tingkat dan jenis sekolah bisa berbeda.
Sebagai pedoman dibawah ini:
a.    Untuk tingkat Sekolah Dasar besar kelas jangan sampai melebihi 50 orang siswa.
b.   Untuk tingkat Sekolah Menengah Umum besar kelas sekitar 40 orang  siswa.
c.    Untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan besar kelas lebih baik kurang dari 40 orang siswa.
Dalam menentukan berapa besar kelas ini, berlaku prinsip semakin kecil kelas semakin baik. Karena, dengan demikian guru akan bisa lebih memperhatikan peserta didiknya secara teliti.




2.            Pengelompokan Berdasarkan Bidang Studi
Pengelompokan berdasarkan bidang studi yang lazim disebut juga dengan istilah penjurusan, ialah pengelompokan siswa yang disesuaikan dengan minat dan bakatnya. Pengukuran minat dan bakat ini didasarkan pada hasil prestasi belajar (angka-angka) yang dicapai dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang diikuti. Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam berbagai matapelajaran itulah seorang siswa diarahkan pada jurusan dimana ia memperoleh nilai-nilai  baik pada mata pelajaran untuk jurusan tersebut. Contohnya: kalau di Sekolah Menengah Atas seperti penjurusan IPA, IPS, bahasa dan lain sebagainya.
3.            Pengelompokkan Berdasarkan Spesialisasi
Pengelompokkan berdasarkan spesialisasi (pengkhususan) terdapat pada sekolah-sekolah Menengah Kejuruan. Pengelompokkan berdasarkan spesialisasi pada hakekatnya sama dengan penjurusan, namun penjurusannya lebih mengkhususkan pada bidang studi, misalnya penjurusan di Sekolah Menengah Kejuruan seperti jurusan kecantikan, tata boga, dan lain-lain.
4.            Pengelompokkan dalam Sistem Kredit
Pengajaran sistem kredit ialah sistem pengajaran yang menggunakan ukuran satuan kredit untuk memberikan bobot bagi setiap mata pelajaran. Bobot satu kredit, lengkapnya satu satuan kredit semester (1Sks). Di Perguruan Tinggi, pengajaran sistem kredit bisa dilaksanakan dengan dua cara, yaitu sistem kredit dengan sistem paket dan sistem kredit dengan sistem sistem pilihan. Dalam sistem kredit dengan sistem paket, untuk tiap semester telah ditentukan mata kuliah-mata kuliah apa saja yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik. Sehingga pengelompokkan ini tidak ada bedanya dengan pengajaran biasa (bukan sistem kredit). Sistem kredit dengan sistem pilihan pada semester I (permulaan mahasiswa baru mengikuti perkuliahan) dilakukan sistem paket. Seluruh mahasiswa harus mengikuti sejumlah mata kuliah yang disajikan pada semester I yang pada umumnya adalah mata kuliah dasar umum dan mata kuliah prasyarat. Sistem paket mungkin bisa diteruskan sampai semester II. Tapi juga bisa sejak semester II sudah dimulai dengan sistem pilihan. Setiap mahasiswa diberi kebebasan untuk memprogram dan memilih mata kuliah yang disajikan. Inilah yang disebut dengan sistem kredit dengan sistem pilihan. Dengan demikian pengelompokkan mahasiswa didasarkan pada peserta mata kuliah, atau disebut juga dengan pengelompokkan berdasarkan mata kuliah. Jika kelompok peserta  mata kuliah terlalu besar jumlahnya, bisa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Yang masing-masing berukuran 30 atau 40 mahasiswa.

5.            Pengelompokkan Berdasarkan Kemampuan
Pengelompokkan berdasarkan kemampuan (ability grouping) pernah dilakukan di Sekoalah Dasar Laboratorium Universitas Negeri Malang. Pada setiap awal tahun ajaran diadakan “pemeriksaan” terhadap tingkat kemampuan belajar. Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan tes-tes keberhasilan belajar (achievement tes). Berdasarkan hasil/ prestasi yang dicapai, siswa-siswa dalam kelas dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu: kelompok cepat, kelompok sedang, kelompok lambat. Materi pelajaran yang diberikan sesuai dengan kelompok-kelompok tersebut. Demikian seorang guru dalam mengajar harus menyiapkan materi untuk tiga kelompok dan melayani ketiga kelompok tersebut. Pengelompokkan ini disebut “achievement  grouping”.
Pembagian siswa dalam kelompok di atas, untuk setiap matap elajaran bisa berbeda. Contoh: Amir, untuk pelajaran matematika termasuk kelompok cepat. Untuk bahasa Indonesia bisa masuk kelompok sedang, dan mata pelajaran lain untuk matapelajaran lain. Namun, status kelompok ini sifatnya tidak permanen. Seorang yang termasuk kelompok sedang, suatu saat karena prestasinya naik bisa dipindahkan ke kelompok cepat begitu sebaliknya.








6.            Pengelompokkan Berdasarkan Minat
Pengelompokkan berdasarkan minat banyak dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Oleh karena kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler cukup banyak jenisnya, maka kepada para siswa diberi kebebasan untuk memilih jenis kegiatan sesuai dengan minatnya. Jenis kegiatan yang diselenggarakan disesuaikan dengan jumlah kelompok peminatnya. Jenis kegiatan yang hanya diminati oleh sekelompok kecil siswa, lebih baik tidak diadakan dan peminatnya bisa dialihkan ke jenis kegiatan lain. Jika mungkin seluruh siswa harus mengikuti salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler. Sebaliknya seorang siswa jangan dibiarkan tidak mengikuti sama sekali atau terlalu banyak kegiatan ekstrakurikuler ini agar tidak mengganggu belajarnya.
Adapun kelompok-kelompok kecil pada masing-masing kelas demikian dapat dibentuk berdasarkan karakteristik individu. Ada beberapa macam kelompok kecil di dalam kelas ini, yaitu:
a.       Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)
Yang dimaksud dengan interest grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas minat peserta didik. Peserta didik yang berminat pada pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada topik tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam suatu kelompok.
b.      Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need Grouping)
Yang dimaksud dengan special need grouping, adalah pengelompokan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Peserta didik yang sebenarnya sudah tergabung dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk kelompok baru untuk belajar ketrampilan khusus.
c.       Pengelompokan Beregu (Team Grouping)
Yang dimaksdud dengan team grouping adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan belajar secara bersama memecahkan masalah-masalah khusus.


d.      Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)
Yang dimaksud dengan tutorial grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh kelompok bersama dengan guru tersebut, telah disepakati terebih dahulu. Antara kelompok satu dengan yang lain, bisa berbeda kegiatannya, karena mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk menentukan kelompoknya masing-masing.

e.       Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)
Yang dimaksud dengan research grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di depan kelas. Bagaimana cara penggarapan, penyajian serta sistem kerja yang dipergunakan bergantung kepada kesepakatan anggota kelompok.

f.       Pengelompokan Kelas Utuh (Full-Class Grouping)
Yang dimaksud dengan ful-class grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni. Misalnya saja kelompok yang berlatih drama, musik, tari dan sebagainya.
g.      Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
Yang dimaksud dengan combined class grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih kelas yang dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV dan media audio visual lainnya.






BAB III
PEMBAHASAN

A.    Identitas Sekolah

Nama               : SDN Dr. Cipto
Alamat            : Jln. Dr. Cipto 4 Pasir Kaliki Cicendo
Tlpn/Fax          : (022) 4205473
Email               : -
Akriditasi        : A
NPSN              : 20245566


B.     Hasil observasi

a.      Jenis  Pengelompokan Peserta Didik di SDN Dr. Cipto
Jenis  pengelompokan peserta didik yang dijalankan oleh  SDN Dr. Cipto adalah jenis pengelompokkan dalam kelas-kelas yang mengacu pada:
·         Umur à dilihat dari tingkat kedewasaannya, diurutkan terlebih dahulu dari yang termuda hingga yang tertua. Misalkan di kelas 1A yang umurnya sudah tergolong dewasa berjumlah 10 orang, maka di kelas 1B siswa yang umurnya tergolong dewasa juga harus 10 orang.
·         Keaktifan à dilihat dari tingkat keaktifannya, jadi guru dan panitia penerimaan siswa baru ketika MOS harus benar-benar jeli memperhatikan keaktifan anak di kelas. Misalkan di kelas 1A yang aktifnya berjumlah 10 orang, maka di kelas 1B siswa yang aktifnya juga harus 10 orang.
·         Domisili àdilihat dari domisilinya, kadang setiap anak ingin selalu bersama-sama dengan teman dari daerah asalnya.  Sehingga sebisa mungkin dalam satu kelas harus berasal dari beberapa domisili yang berbeda-beda.

b.      Implementasi dari pengelompokan peserta didik di SDN Dr. Cipto
Implementasi pengelompokan peserta didik di SDN Dr. Cipto dilaksanakan ketika:
·         Pendaftaran masuk sekolah dasar, jumlah pendaftar yang sangat banyak sehingga dimungkinkan untuk dibuat dua kelasz.
·         Panitia penerimaan siswa baru melihat data dari para siswa baru, diantaranya melihat umur, jenis kelamin, dan tempat tinggal para siswa baru sehingga memudahkan panitia untuk mengkatagorikan mana saja siswa yang akan dikelompokkan di kelas 1A dan kelas 1B.
·         Para siswa baru mengikuti masa orientasi yang dilaksanakan selama satu minggu, di sana para pantia penerimaan siswa baru dan guru melihat dan mengamati keaktifan siswa-siswa baru.

c.       Tujuan pengelompokan peserta didik di SDN Dr. Cipto
Tujuan dilakukannya implementasi pengelompokan perserta didik agar kegiatan belajar mengajar lebih efektif dan efisien.
d.      Faktor  yang mempengaruhi dalam implementasi pengelompokan peserta didik di SDN Dr. Cipto.
System pengelompokkan di SDN Cipto tidak akan berubah dengan system yang berbeda, karena dari tahun ke tahun pengelompokkan peserta didiknya memakai system yang sama. Hal ini disebabkan pengelompokkan peserta didik hanya terjadi satu kali yaitu pada saat kelas 1 saja. Dalam pengelompokkan peserta didik di SDN Cipto tidak ada hambatan yang terlalu berat, akan tetapi tergantung permintaan orang tua. Misalkan berdasarkan domisili, terkadang orang tua menginginkan anaknya sekelas dengan anak yang berasal dari domisili yang sama. Biasanya sekolah mensiasati hambatan tersebut dengan melakukan barter, akan tetapi barter tersebut juga tidak bisa sembarangan, harus dipertimbangkan terlebih dahulu. Misalkan dari kelas 1A yang ingin barter adalah siswa laki-laki, maka dilihat dulu kelas 1Bnya apakah ada anak laki-laki juga yang ingin barter atau tidak. Jika tidak ada maka tidak bisa dibarter dan orang tua juga tidak bisa menantang kebijakan dari sekolah.

C.    Analisis:

·         Pengelompokkan peserta didik di SDN Cipto menggunakan fungsi integrasi dan fungsi individu. Karena di SDN Cipto peserta didiknya dikelompokkan berdasarkan umur, keaktifan, dan domisili yang di dalamnya mengandung unsur fungsi integrasi dan fungsi individu.
·         Pengelompokkan peserta didik di SDN Cipto sendiri termasuk ke jenis pengelompokkan kelas-kelas, karena pihak sekolah sendiri yang bertanggung jawab atas pengelompokkan peserta didiknya. Selain itu belum ada kebijakan atau aturan yang tegas tentang pengelompokkan peserta didik di tingkat sekolah dasar. Sehingga pengelompokkan peserta didik hanya sebatas  membagi-bagi peserta didiknya menjadi kelompok-kelompok yang disebut kelas. Banyaknya kelas disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang baru diterima, sedangkan jumlah peserta didik untuk (besarnya kelas=class size), untuk setiap tingkat dan jenis sekolah bisa berbeda.
·         Pengelompokkan berdasarkan umur, kelas satu rata-rata umur siswa adalah 6-7 tahun. Ketika siswa masuk ke kelas 1 biasanya umurnya beragam, sehingga tingkat kedewasaannya pun beragam. Pengelompokkan berdasarkan umur nantinya akan berpengaruh ke dalam proses belajar. Nanti akan terlihat sifat-sifat siswa yang tingkat kedewasaannya tinggai maupun yang tingkat kedewasaannya rendah. Untuk itu tidak mungkin apabila misalkan di kelas 1A terdapat hanya satu siswa saja yang tingkat kedewasaannya tinggi, sedangkan di kelas 1B siswa yang tingkat kedewasaannya tinggi sangat banyak. Maka pengelompokkan peserta didiknya harus merata, baik siswa yang tingkat kedewasaannnya tinggi maupun siswa yang tingkat kedewasaannya rendah.



·         Pengelompokkan berdasarkan keaktifan juga akan sangat berpengaruh dalam proses kegiatan belajar mengajar. Misalkan di kelas 1A hanya sedikit siswa yang keaktifannya tinggi, sedangkan di kelas 1B siswa yang keaktifannya tinggi sangat banyak. Bisa dibayangkan perbedaan proses belajar antara kelas 1A dan kelas 1B, jelas nantinya kelas 1A akan lebih banyak tertinggal dalam materi pelajaran dibandingkan dengan kelas 1B. Maka dari itu pengelompokkan peserta didik yang keaktifannya tinggi juga harus merata agar proses belajarnya pun akan seimbang.
·         Pengelompokkan berdasarkan domisili yang nantinya akan berkaitan dengan kepentingan pekerjaan rumah. Siswa yang tempat tinggalnya berdekatan, akan membuat satu kelompok dengan jumlah anggota maksimal lima anak. Diusahakan dalam satu kelompok terdapat siswa yang memiliki keaktifan tinggi dan kemampuan lebih, sehingga dapat membantu siswa lain yang mengalami kesulitan. Namun jika dianggap tidak ada, guru perlu berkoordinasi dengan orang tua untuk mencarikan tentor atau menjadikan salah satu dari orang tua anak untuk membimbing kelompok tersebut.











BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN

Setelah memaparkan dan menguraikan pembahasan materi di atas, penulis menyimpulkan materi tersebut dengan tujuan untuk mengetahui berbagai hal dalam melakukan pengelompokan peserta didik, dimana pengelompkan peserta didik merupakan sebuah pengelompokan berdasarkan karakteristik anak yang merujuk pada pengklarifikasian agar kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan. 
Untuk itu dalam setting sekolah memerlukan berbagai pengelompokan peserta didik dengan berbagai jenis, sebagai berikut: pengelompokan dalam kelas-kelas (SD, SMP, SMA), pengelompokan berdasarkan bidang studi (SMA), pengelompokan berdasarkan spesialisasi (SMK), pengeolompokan  dalam sistem kredit (Perguruan Tinggi), Pengelompokkan berdasarkan kemampuan, Pengelompokkan Berdasarkan minat (Semua tingkatan).
Sedangkan didalam tingkat Sekoah Dasar pengelompokan peserta didik berdasarkan pada umur, keaktifan, domisili (lingkungan tempat tinggal). Pengelompokkan itu sendiri dimulai dari kelas 1, dikelompokkan menjadi kelas 1A dan kelas 1B.

B.     SARAN

Pengelompokkan peserta didik pada tingkatan sekolah dasar sebaiknya tidak hanya dilihat dari keaktifan, hobby, ataupun domisilinya, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki para siswanya, karena tidak semua siswa memiliki kriteria seperti itu. Dengan hal tersebut, akan  mempermudah siswa dalam proses belajar mengajar.


DAFTAR PUSTAKA

Fuji Rahayu, Entin. (2011). Pengelompokkan Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://12entinfujirahayu.wordpress.com/2011/05/04/pengelompokan-peserta-didik/ . [23 Oktober 2013].

___, (2009).  Pengelompokkan Siswa. [Online]. Tersedia: http://www.doublehelixprivat.com/2009/05/teknik-pengelompokkan-siswa.html [akses 23 Oktober 2013].
Cacadika Wendika. (2012). Manajemen Perserta Didik. [Online]. Tersedia: http://wendikacacadika.blogspot.com/2012/01/manajemen-peserta-didik.html  [akses 23 Oktober 2013].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar