Minggu, 23 Februari 2014

Kendala dalam Pengelompokan Peserta Didik



UJIAN TENGAH SEMESTER
“TAKE HOME EXAMINATION”
“Kendala dalam Pengelompokan Peserta Didik”

Dosen Pengampuh:
1.      Dr. Yati Siti Mulyati, M.Pd   
2.      Dr. Eka Prihatin, M.Pd          

Oleh:
Nama   : Syukron
NIM    : 1202658




JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013

BAB II
LANDASAN TEORI
a.      Pengertian
”Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya” ( Ali Imron, 1995: 75). Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan yang sama. Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping) ini lazim dengan istilah pengklasifikasian (clasification).
b.      Tujuan
Tim Dosen  AP (1989: 99) menyimpulkan “Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan”.
c.       Fungsi
Menurut William A Jeager dalam pengelompokkan peserta didik dapat didasarkan kepada:
Fungsi integrasi, yaitu pengelompokkan berdasakan kesamaan-kesamaan peserta didik. Pengelompokkan ini berdasarkan jenis kelamin, umur, dan sebagainnya.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal.
Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta didik didasarakan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam induvidu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan sebagainnya. Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini  menghasilkan pembelajaran yang bersifat induvidual.









d.      Jenis-jenis
Ada banyak jenis pengelompokan peserta didik yang dikemukakan oleh para ahli. Mitchun ( Ali Imron, 1995: 74)  mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik. Yang pertama, ia namai dengan ability grouping, sedangkan yang kedua ia namai dengan sub-grouping with in the class. Yang dimaksud ability grouping adalah pengelompokan berdasarkan kemampuan di dalam setting sekolah. Sedangkan sub- grouping with in the class adalah pengelompokan dalam setting kelas.
Pengelompokkan berdasarkan kemampuan dalam setting sekolah meliputi:
1.            Pengelompokan dalam Kelas-kelas
Agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, peserta didik yang berjumlah besar perlu dibagi-bagi- menjadi kelompok-kelompok yang disebut kelas. Banyaknya kelas disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang baru diterima, sedangkan jumlah peserta didik untuk (besarnya kelas=class size),  untuk setiap tingkat dan jenis sekolah bisa berbeda.
Sebagai pedoman dibawah ini:
a.    Untuk tingkat Sekolah Dasar besar kelas jangan sampai melebihi 50 orang siswa.
b.   Untuk tingkat Sekolah Menengah Umum besar kelas sekitar 40 orang  siswa.
c.    Untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan besar kelas lebih baik kurang dari 40 orang siswa.
Dalam menentukan berapa besar kelas ini, berlaku prinsip semakin kecil kelas semakin baik. Karena, dengan demikian guru akan bisa lebih memperhatikan peserta didiknya secara teliti.





2.            Pengelompokan Berdasarkan Bidang Studi
Pengelompokan berdasarkan bidang studi yang lazim disebut juga dengan istilah penjurusan, ialah pengelompokan siswa yang disesuaikan dengan minat dan bakatnya. Pengukuran minat dan bakat ini didasarkan pada hasil prestasi belajar (angka-angka) yang dicapai dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang diikuti. Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam berbagai matapelajaran itulah seorang siswa diarahkan pada jurusan dimana ia memperoleh nilai-nilai  baik pada mata pelajaran untuk jurusan tersebut. Contohnya: kalau di Sekolah Menengah Atas seperti penjurusan IPA, IPS, bahasa dan lain sebagainya.
3.            Pengelompokkan Berdasarkan Spesialisasi
Pengelompokkan berdasarkan spesialisasi (pengkhususan) terdapat pada sekolah-sekolah Menengah Kejuruan. Pengelompokkan berdasarkan spesialisasi pada hakekatnya sama dengan penjurusan, namun penjurusannya lebih mengkhususkan pada bidang studi, misalnya penjurusan di Sekolah Menengah Kejuruan seperti jurusan kecantikan, tata boga, dan lain-lain.
4.            Pengelompokkan dalam Sistem Kredit
Pengajaran sistem kredit ialah sistem pengajaran yang menggunakan ukuran satuan kredit untuk memberikan bobot bagi setiap mata pelajaran. Bobot satu kredit, lengkapnya satu satuan kredit semester (1Sks). Di Perguruan Tinggi, pengajaran sistem kredit bisa dilaksanakan dengan dua cara, yaitu sistem kredit dengan sistem paket dan sistem kredit dengan sistem sistem pilihan. Dalam sistem kredit dengan sistem paket, untuk tiap semester telah ditentukan mata kuliah-mata kuliah apa saja yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik. Sehingga pengelompokkan ini tidak ada bedanya dengan pengajaran biasa (bukan sistem kredit). Sistem kredit dengan sistem pilihan pada semester I (permulaan mahasiswa baru mengikuti perkuliahan) dilakukan sistem paket. Seluruh mahasiswa harus mengikuti sejumlah mata kuliah yang disajikan pada semester I yang pada umumnya adalah mata kuliah dasar umum dan mata kuliah prasyarat. Sistem paket mungkin bisa diteruskan sampai semester II. Tapi juga bisa sejak semester II sudah dimulai dengan sistem pilihan. Setiap mahasiswa diberi kebebasan untuk memprogram dan memilih mata kuliah yang disajikan. Inilah yang disebut dengan sistem kredit dengan sistem pilihan. Dengan demikian pengelompokkan mahasiswa didasarkan pada peserta mata kuliah, atau disebut juga dengan pengelompokkan berdasarkan mata kuliah. Jika kelompok peserta  mata kuliah terlalu besar jumlahnya, bisa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Yang masing-masing berukuran 30 atau 40 mahasiswa.

5.            Pengelompokkan Berdasarkan Kemampuan
Pengelompokkan berdasarkan kemampuan (ability grouping) pernah dilakukan di Sekoalah Dasar Laboratorium Universitas Negeri Malang. Pada setiap awal tahun ajaran diadakan “pemeriksaan” terhadap tingkat kemampuan belajar. Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan tes-tes keberhasilan belajar (achievement tes). Berdasarkan hasil/ prestasi yang dicapai, siswa-siswa dalam kelas dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu: kelompok cepat, kelompok sedang, kelompok lambat. Materi pelajaran yang diberikan sesuai dengan kelompok-kelompok tersebut. Demikian seorang guru dalam mengajar harus menyiapkan materi untuk tiga kelompok dan melayani ketiga kelompok tersebut. Pengelompokkan ini disebut “achievement  grouping”.
Pembagian siswa dalam kelompok di atas, untuk setiap matap elajaran bisa berbeda. Contoh: Amir, untuk pelajaran matematika termasuk kelompok cepat. Untuk bahasa Indonesia bisa masuk kelompok sedang, dan mata pelajaran lain untuk matapelajaran lain. Namun, status kelompok ini sifatnya tidak permanen. Seorang yang termasuk kelompok sedang, suatu saat karena prestasinya naik bisa dipindahkan ke kelompok cepat begitu sebaliknya.












6.            Pengelompokkan Berdasarkan Minat
Pengelompokkan berdasarkan minat banyak dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Oleh karena kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler cukup banyak jenisnya, maka kepada para siswa diberi kebebasan untuk memilih jenis kegiatan sesuai dengan minatnya. Jenis kegiatan yang diselenggarakan disesuaikan dengan jumlah kelompok peminatnya. Jenis kegiatan yang hanya diminati oleh sekelompok kecil siswa, lebih baik tidak diadakan dan peminatnya bisa dialihkan ke jenis kegiatan lain. Jika mungkin seluruh siswa harus mengikuti salah satu jenis kegiatan ekstrakurikuler. Sebaliknya seorang siswa jangan dibiarkan tidak mengikuti sama sekali atau terlalu banyak kegiatan ekstrakurikuler ini agar tidak mengganggu belajarnya.
Adapun kelompok-kelompok kecil pada masing-masing kelas demikian dapat dibentuk berdasarkan karakteristik individu. Ada beberapa macam kelompok kecil di dalam kelas ini, yaitu:
a.       Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)
Yang dimaksud dengan interest grouping adalah pengelompokan yang didasarkan atas minat peserta didik. Peserta didik yang berminat pada pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada topik tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam suatu kelompok.
b.      Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusus (Special Need Grouping)
Yang dimaksud dengan special need grouping, adalah pengelompokan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Peserta didik yang sebenarnya sudah tergabung dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk kelompok baru untuk belajar ketrampilan khusus.
c.       Pengelompokan Beregu (Team Grouping)
Yang dimaksdud dengan team grouping adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan belajar secara bersama memecahkan masalah-masalah khusus.




d.      Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)
Yang dimaksud dengan tutorial grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh kelompok bersama dengan guru tersebut, telah disepakati terebih dahulu. Antara kelompok satu dengan yang lain, bisa berbeda kegiatannya, karena mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk menentukan kelompoknya masing-masing.

e.       Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)
Yang dimaksud dengan research grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di depan kelas. Bagaimana cara penggarapan, penyajian serta sistem kerja yang dipergunakan bergantung kepada kesepakatan anggota kelompok.

f.       Pengelompokan Kelas Utuh (Full-Class Grouping)
Yang dimaksud dengan ful-class grouping adalah suatu pengelompokan di mana peserta didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni. Misalnya saja kelompok yang berlatih drama, musik, tari dan sebagainya.
g.      Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
Yang dimaksud dengan combined class grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih kelas yang dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV dan media audio visual lainnya.







BAB II
PEMBAHASA HAMBATAN & KENDALA
PENGELOMPOKAN  PESERTA DIDIK


Di SDN Dr. Cipto dalam pembagian peserta didik berdasarkan kelas-kelas. Maksudnya adalah bahwa dalam pengelompokkan peserta didik dibagi berdasarkan kelas. Karena pada dasarnya pengelompokkan kelas bertujuan agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, peserta didik yang berjumlah besar perlu dibagi-bagi menjadi kelompok-kelompok yang disebut kelas. Banyaknya kelas disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang baru diterima, sedangkan jumlah peserta didik untuk (besarnya kelas=class size),  untuk setiap tingkat dan jenis sekolah bisa berbeda.
Sebagai pedoman dibawah ini:
d.   Untuk tingkat Sekolah Dasar besar kelas jangan sampai melebihi 50 orang siswa.
e.    Untuk tingkat Sekolah Menengah Umum besar kelas sekitar 40 orang  siswa.
f.     Untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan besar kelas lebih baik kurang dari 40 orang siswa.
Dalam menentukan berapa besar kelas ini, berlaku prinsip semakin kecil kelas semakin baik. Karena, dengan demikian guru akan bisa lebih memperhatikan peserta didiknya secara teliti.
Analisa dari sisi Manajemen Peserta Didik
§  Berdasarkan pedoman yang diatas, sekolah SDN Dr. Cipto ini tidak melebihi ketentuan yang ada yaitu satu kelas hanya terdapat 40 peserta didik.
§  Semakin banyak siswa dalam kelas, maka tingkat keefektifan kelas semakin rendah.  Dari jumlah 40 peserta didik, itu tidak sangat tidak efektif. Karena dengan  dalam pembelajaran secara individualisasi sangat terbatas, pelajaran yang diberikan guru kepada peserta didik cenderung menggunakan metode ceramah tanpa partisipasi kelompok maupun individu, hanya terjadi komunikasi lisa, partisipasi menyeluruh sangat kurang, kerja menulis kurang ditangani guru, persiapan guru kurang sehingga tanaggung jawab mereka bertambah.
Hambatan dan kendala dalam melakukan pengelompokkan peserta didik di SDN Dr. Cipto
System pengelompokkan di SDN Cipto selama ini tidak mengalami perubahan dengan system yang berbeda,  hal ini dikarena dari tahun ke tahun pengelompokkan peserta didiknya hanya melakukan pengelompokan peserta didik dengan sistem yang sama yaitu pengelompokkan berdasarkan kelas-kelas tak lain karena pengelompokkan peserta didik itu hanya dilakukan hanya pada kelas satu SD saja, berbeda dengan SMA yang berdasarkan kemampuan (IPA, IPS, maupun Bahasa).
Dalam pengelompokkan peserta didik di SDN Cipto tidak ada hambatan yang terlalu berarti, karena dalam pengelompokkan peserta didik pihak sekola menjalankan fungsi Integritas. Dimana pengelompokkan peserta didik berdasarkan pada jenis kelamin, umur dan sebaginya. Yang mana diatur sedemikian rupa sehingga tidak adanya kesenjangan antara kelas satu dengan lainnya baik secara jumlah, jenis kelamin, tingkat kemampuan maupun domisili dll.
Hambatan yang sering muncul ketika pengelompokkan peserta didik terbentuk manakala ada dari pihak orang tua yang menginkan adanya perpindahan kelas dikarenakan berbagai alasan misalnya karena domisili yang berdekatan. Nah untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihak sekolah biasanya mensiasati hambatan tersebut dengan melakukan barter. Dimana adanya pertukaran anatara siswa satu dengan yang lainnya.  Namun ketika hal tersebut dilakukan, maka akan muncul permasalahan baru yaitu masalah administratif maupun tingkat ketimpangan kelas.










DAFTAR PUSTAKA

Fuji Rahayu, Entin. (2011). Pengelompokkan Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://12entinfujirahayu.wordpress.com/2011/05/04/pengelompokan-peserta-didik/ . [23 Oktober 2013].

___, (2009).  Pengelompokkan Siswa. [Online]. Tersedia: http://www.doublehelixprivat.com/2009/05/teknik-pengelompokkan-siswa.html [akses 23 Oktober 2013].
Cacadika Wendika. (2012). Manajemen Perserta Didik. [Online]. Tersedia: http://wendikacacadika.blogspot.com/2012/01/manajemen-peserta-didik.html  [akses 23 Oktober 2013].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar