BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecerdasan atau intelejensi
seseorang dibawa dari pertama kali ia dilahirkan. Akan tetapi perkembangan
kecerdasan atau intelegensi itu didapatkan seseorang seiring perkembangannya
dalam kehidupan.
Menurut Piaget perkembangan
intelegensi atau kecerdasan anak itu terbagi menjadi empat tahap, yaitu tahap
sensori motorik antara umur 0-2 tahun, tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap
operasional konkret (7-12 tahun), dan tahap operasional formal (12
tahun-seterusnya). Menurut piaget apabila satu tahap saja tidak dilalui oleh
seorang anak, maka itu akan berakibat pada kecerdasan anak itu sendiri.
Intelegensi sangat penting bagi
kehidupan seseorang, karena tanpa intelegensi tersebut, seseorang tidak akan
mampu untuk membedakan sesuatu, baik itu hal yang nyata ataupun hal yang tidak
nyata. Jika kita membicarakan intelegensi maka tidak terlepas dari proses
pembelajaran. Karena intelejensi itu berkembang dan didapatkan melalui proses
pembelajaran. Jika intelegensi itu tidak diasah maka intelegensi itu tidak akan
berkembang dan tidak akan ada perubahan.
Adapun
Kecerdasan sosial tidak kalah penting dibandingkan dengan kecerdasan
intelektual dll. Banyak para orangtua yang sangat senang apabila anaknya
mendapat nilai yang selalu bagus di sekolahnya. Hal tersebut memang benar,
namun tidak seutuhnya benar. Sebab menurut penelitian yang dilakukan oleh
Daniel Goleman (1995 dan 1998) menunjukkan bahwa kecerdasan sosial, emosional,
dan spiritual memberikan kontribusi sebesar 80% terhadap tingkat kesuksesan
seseorang, sedangkan kecerdasan intelektual hanya memberikan kontribusi
sebesar 20%.
Seseorang
yang memiliki tingkat kecerdasan sosial yang tinggi, cenderung akan lebih mudah
beradaptasi dan pandai berkomunikasi, sehingga akan memiliki banyak teman dan
dia akan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Kemampuan seperti itu
lah yang dibutuhkan untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada pada zaman
sekarang ini.
Berdasarkan uraian diatas, dalam
makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai kecerdasaan sosial pada
anak yang dapat dikembangan melalui kegiatan pembelajaran, sehingga anak mudah
dalam berkomunikasi dengan orang lain.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari
pembuatan makalah “Kecerdasan Sosial” adalah:
a. Apa pengertian Kecerdasan Sosial?
b. Apa komponen dan indikator Kecerdasan
Sosial?
c. Bagaimana model Kecerdasan Sosial
menurut para ahli?
d. Bagaimana pengaruh Kecerdasan Sosial
terhadap kesuksesan?
e. Apa yang menjadi komponen utama
membangun Kecerdasan Sosial?
f. Bagaimana meningkatkan Kecerdasan Sosial
pada anak?
1.3 Tujuan Makalah
a. Untuk mengetahui Pengertian atau Defini
Kecerdasan Sosial;
b. Untuk mengetahui Komponen dan Indikator
Kecerdasan Sosial;
c. Untuk mengetahui Model Kecerdasan Sosial
menurut para ahli;
d. Untuk mengetahui Pengaruh terhadap
Kecerdasan Sosial terhadap Kesuksesan;
e. Untuk mengetahui Komponen Utama dalam Membangun
Kecerdasan Sosial;
f. Untuk mengetahui Cara Meningkatkan
Kecerdasan Sosial pada nak.
1.4 Manfaat Makalah
a. Bagi Penulis
Manfaat
yang diharapkan oleh Penulis dengan hadirnya makalah ini adalah bertambahnya
wawasan mengenai Kecerdasan Sosial.
b. Bagi Pembaca
Manfaat
bagi pembaca adalah dapat mengetahui lebih lanjut mengenai apa itu Kecerdasan
Sosial dan cara mengembangkannya dalam proses pembelajaran.
1.5 Batasan Masalah
Makalah
ini membahas mengenai Kecerdasan sosial, yang meliputi: definisi, komponen dan
indikator, model maupun cara dalam meningkatkan maupun membangun kecerdasan
sosial dalam pembelajaran pada anak.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
DAN
PEMBAHASAN KECERDASAN SOSIAL
2
PETA
KONSEP
2.1 LANDASAN TEORI
a. Definisi Kecerdasan Sosial
§ Thorndike
(dalam Goleman, 1995) pengertian kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk
memahami dan mengatur orang untuk bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan
dengan orang lain.
§ Anderson,
(dalam Safaria, 2005) mengungkapkan konsep kecerdasan sosial diartikan sebagai
kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi
dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam
situasi saling menguntungkan.
§ Handy,
(2006) mengatakan bahwa kecerdasan sosial ialah suatu kemampuan untuk memahami
dan mengelola hubungan manusia.
§ Goleman,
(2007) sebagai hubungan interpersonal, baik atau buruk, memiliki kekuatan untuk
membentuk otak kita dan mempengaruhi sel-sel tubuh yang dapat menciptakan suatu
kemampuan dalam memahami orang lain, membentuk relasi dan mempertahankannya
dengan baik.
§ Ford memberi
definisi mengenai kecerdasan sosial yaitu tindakan yang sesuai dengan tujuan
dalam konteks sosial tertentu, dengan menggunakan cara-cara yang tepat dan
memberikan efek yang positif bagi perkembangan.
Kesimpulan:
Maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat
dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang disekitarnya.
b. Komponen dan Indikator dari Kecerdasan
Sosial
1. Social Intelligence Internal
ü Keinginan bersosial dari dalam diri
ü Menjalin hubungan baik dengan orang lain
ü Mengorbankan kepentingan diri demi orang lain
2. Social Intelligence Eksternal
ü Adanya pengaruh untuk bersosialisasi
ü Menyelesaikan permasalahan dalam berinteraksi
ü Bersosial karena ada faktor yang lain (misal :
agar mendapat pujian/sanjungan dari orang lain).
c. Model Komponen Dasar Kecerdasan Sosial
Menurut Karl Albrecht
Dalam buku karangan Karl Albrecht yang berjudul
The New Science of Success, disebutkan bahwa ada lima komponen dasar untuk
mengasah kecerdasan sosial, yang disingkat dengan kata ‘SPACE’, yaitu :
“The ability to read situations and to interpret the behaviours of
people in those situations.”
Makna dari kesadaran ini adalah sebuah kemampuan untuk bisa memahami
dan peka akan kebutuhan serta hak orang lain.
Contoh: Seseorang yang merokok di tempat umum
dan menghembuskan asapnya secara sembarangan menunjukkan bahwa dia memiliki situational
awareness yang rendah.
b)
P :
Presence (kemampuan membawa diri)
” Also known simplistically as “bearing,”
is the impression, or total message you send to others with your behavior.
People tend to make inferences about your character, your competence and your
sense of yourself based on the behaviors they observe as part of your total
presence dimension.”
Bagaimana etika penampilan Anda, tutur kata dan sapa yang Anda berikan,
gerak tubuh ketika bicara dan mendengarkan, adalah sejumlah aspek yang tercakup
dalam elemen ini. Setiap orang pasti akan meninggalkan impresi yang berlainan
tentang mutu presense yang dihadirkannya.
Contoh : Kita akan lebih mudah mengingat
orang lain yang memiliki kualitas presence yang paling baik dan yang
paling buruk.
c)
A :
Authenticity (keaslian)
“Authenticity is the extent to which others
perceive you as acting from honest, ethical motives, and the extent to which
they sense that your behavior is congruent with your personal values – i.e.
“playing straight.”
Authenticity atau sinyal dari perilaku kita
yang akan membuat orang lain menilai kita sebagai orang yang layak dipercaya,
jujur, terbuka, dan mampu menghadirkan sejumput ketulusan. Elemen ini sangat
penting sebab hanya dengan aspek inilah kita bisa membentangkan jejak relasi
yang mulia nan bermartabat.
Contoh : Orang lain akan lebih memercayai
kita, apabila kita tulus dalam segala perbuatan, dan juga apabila kita berlaku
apa adanya, tidak dibuat-buat.
4. C : Clarity (kejelasan)
“Clarity
is the ability to express ideas clearly, effectively and with impact. It
involves a range of “communicating” skills such as listening, feedback,
paraphrasing, semantic flexibility, skillful use of language, skill in using
metaphors and figures of speech, and the ability to explain things clearly and
concisely.”
Aspek ini
menjelaskan sejauh mana kita dibekali kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan
ide kita secara baik dan persuasif sehingga orang lain bisa menerimanya dengan
tangan terbuka. Sering kali kita memiliki gagasan yang baik, namun gagal
mengkomunikasikannya secara baik sehingga atasan atau rekan kerja kita tidak
berhasil diyakinkan. Kecerdasan sosial yang produktif barangkali memang hanya
akan bisa dibangun dengan baik apabila kita mampu mengartikulasikan segenap
pemikiran kita dengan penuh kejernihan dan kebeningan.
Contoh : Seseorang yang memberikan pendapatnya
dengan gugup dan tidak jelas, sekalipun gagasan itu bagus, tetap saja para
pendengar akan merasa tidak yakin terhadap gagasan tersebut.
5. E : Emphaty (empati)
“Emphaty
is the skill of building connections with people – the capacity to get people
to meet you on a personal level of respect and willingness to cooperate.”
Aspek ini merujuk pada sejauh mana kita bisa berempati pada pandangan
dan gagasan orang lain. Dan juga sejauh mana kita memiliki keterampilan untuk
bisa mendengarkan dan memahami maksud pemikiran orang lain. Kita barangkali
akan bisa merajut sebuah jalinan relasi yang baik kalau saja kita semua selalu
dibekali dengan rasa empati yang kuat terhadap sesama rekan kita.
d. Pengaruh Kecerdasan Sosial Terhadap Kesuksesan
Sosial IQ adalah ukuran
kecerdasan sosial. Sosial IQ didasarkan pada
100 titik skala, dimana 100 adalah skor rata-rata dan 140 (di atas 140)
dianggap sangat tinggi. Sosial IQ di ukur dengan teknik tanya jawab. Orang
dengan sosial IQ yang rendah akan dianggap anak-anak dan belum dewasa, bahkan
jika orang tersebut pun telah berumur dewasa. Cara yang baik untuk mengukur
sosial IQ adalah dengan menggunakan sistem IQ dasar, disesuaikan dengan
keterampilan sosial. Kebanyakan orang memiliki IQ sosial 85-115.
Orang dengan sosial IQ di bawah 80 mungkin memiliki gangguan spektrum autisme,
seperti sindrom Asperger dan skizofrenia. Orang-orang ini mungkin mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dan memerlukan pelatihan keterampilan sosial atau
dukungan tambahan dari spesialis jiwa.
Orang-orang ini sulit
mendapatkan pekerjaan karena mereka tidak memiliki komunikasi interpersonal
yang diperlukan dan keterampilan sosial untuk sukses dalam angkatan kerja. Orang-orang ini dapat
bekerja dengan baik dalam pekerjaan meja kantor, pekerjaan rumah atau pekerjaan
yang tidak memerlukan banyak interaksi, seperti konstruksi.
Orang dengan sosial IQ di atas 120 dianggap sangat terampil dan menyesuaikan
diri dengan baik, dan bisa bekerja dengan baik dengan pekerjaan yang melibatkan
kontak langsung dan komunikasi dengan orang-orang.
Perhatikan tabel di bawah ini :
Tingkat Sosial Intelligence
|
Umur
|
120 (diatas rata-rata – sosial dewasa
untuk usia)
|
20.4
|
110
|
18.7
|
100 (rata-rata)
|
17
|
90
|
15,3
|
80
|
13,6
|
70 (dibawah rata-rata)
|
11,9
|
60
|
10,2
|
50
|
8,5
|
40
|
6,8
|
30
|
5,1
|
e.
Komponen membangun Kecerdasan Sosial
Penulis sains
populer Daniel Goleman (2007) menyatakan adanya 2 komponen utama dalam
membangun kecerdasan sosial yang baik yaitu :
1.
Kesadaran sosial.
Kesadaran sosial merujuk pada spektrum yang
merentang secara instan merasakan keadaan batiniah orang lain sampai memahami
perasaan dan pikirannya, untuk "mendapatkan" situasi sosial yang baik
meliputi :
§
Empati dasar : Suatu kemampuan untuk merasakan
isyarat-isyarat nonverbal dengan orang lain dalam berinteraksi dengan orang
lain. Dan kemampuan merasakan emosi orang lain berupa sebuah kemampuan jalan-rendah
yang berlangsung spontan dan cepat atau muncul dan gagal dengan cepat dan
otomatis.
§
Penyelarasan : Perhatian yang melampaui empati
sesaat ke kahadiran yang bertahan untuk melancarkan hubungan yang baik, yaitu
dengan menawarkan perhatian total kepada seseorang dan mendengarkan sepenuhnya,
berusaha memahami orang lain lebih daripada menyampaikan maksud tertentu.
Mendengarkan secara mendalam seperti itu kelihatannya merupakan kemampuan
alamiah. Meskipun begitu, seperti halnya dengan dimensi-dimensi kecerdasan
sosial lainnya orang bisa memperbaiki keterampilan penyelarasannya yang baik.
§
Ketepatan empatik : Ketepatan empatik dibangun
di atas empati dasar namun menambahkan suatu pengertian lagi yaitu adanya suatu
kemampuan untuk memahami pikiran, perasaan dan maksud orang lain dalam
berinteraksi dengan orang lain sehingga tercipta interaksi yang baik dan
harmonis.
§
Pengertian sosial : Pengertian sosial merupakan
aspek keempat dari kesadaran sosial yang merupakan pengetahuan tentang
bagaimana dunia sosial itu sebenarnya bekerja. Orang yang memiliki kemahiran
dalam proses mental ini akan banyak mengetahui apa yang diharapkan dalam
kebanyakan situasi sosial. Kemahiran sosial ini dapat dilihat pada diri mereka
yang secara tepat membaca arus-arus politik dalam sebuah organisasi.
2.
Fasilitas sosial, meliputi :
§
Sinkroni : Berinteraksi secara mulus pada
tingkat nonverbal. Sebagai landasan fasilitas sosial, sinkroni adalah batu
fondasi yang menjadi landasan di bangunnya aspek-aspek lain. Kegagalan dalam
sinkroni merusak kompetensi sosial, membuat interaksi menjadi tidak selaras.
Sinkroni memungkinkan kita bergerak dengan anggun melalui tarian nonverbal
bersama orang lain dengan tanda-tanda sinkroni mencakup rentang interaksi yang
terkonsentrasi secara harmonis, dari senyuman atau mengangguk pada waktu yang
tepat untuk semata-mata mengarahkan tubuh kita pada orang lain.
§
Presentasi : Suatu kemampuan untuk menampilkan
diri sendiri secara efektif untuk menghasilkan kesan yang di kehendaki. Salah
satu hal yang di pandang penting dalam presentasi diri yaitu adanya kemampuan
untuk "mengendalikan dan menutupi". Orang yang mahir dalam
pengendalian itu merasa percaya diri dalam segala situasi sosial, memiliki
kemampuan untuk bertindak yang sesuai pada tempatnya. Dengan begitu mereka
dengan mudah bisa tampil tenang dan penuh kendali diri.
§
Pengaruh : Adanya suatu kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain agar dapat membentuk hasil interaksi sosial yang baik.
Dengan menggunakan kemampuan bicara yang hati-hati dan adanya kendali diri dan mendekati
orang lain dengan perilaku profesional, tenang, dan penuh perhatian.
§
Kepedulian : Merupakan kemampuan seseorang
untuk berbelas kasihan, peduli akan kebutuhan orang lain dan melakukan tindakan
yang sesuai dengan hal itu. Kepedulian mendorong kita untuk mengambil
tanggungjawab apa yang perlu dilakukan dengan baik dan akan menimbulkan
orang-orang yang prihatin, yaitu seseorang yang paling bersedia mengambil waktu
dan berusaha untuk membantu seorang koleganya.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa
untuk membangun kecerdasan sosial yang baik kedua komponen di atas sangat
diperlukan dan saling berhubungan.
f. Cara Meningkatkan Kecerdasan Sosial
1.
Meningkatkan
Kecerdasan Sosial:
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kecerdasan sosial, diantaranya:
1.
Tubuh
dapat berbicara lebih banyak dari kata-kata;
2.
Tubuh
dirancang untuk berkomunikasi dengan orang lain;
3.
55%
makna yang akan disampaikan dalam aktivitas tercermin pada sikap fisik;
4.
Tanpa
kata-kata tubuh dapat mengkomunikasikan apakah seseorang sedang sedih, senang,
marah, kecewa, bahagia, malu, takut, khawatir, gugup, antusias, percaya diri,
dan lain-lain;
5.
Mendengarkan
aktif.
Salah satu hal terpenting dalam kecerdasan
sosial adalah selalu mau secara ikhlas untuk memahami semua tantangan
komunikasi sosial sebelum mengeluarkan pendapat atau ide untuk kepentingan
kehidupan sosial. Kecerdasan sosial akan menuntun diri untuk menjadi orang
bijak yang cerdas memahami orang lain, serta selalu hidup dengan persepsi
positif terhadap semua warna kehidupan di sekitarnya.
2.
Cara
Mengembangkan Kecerdasan Sosial Pada Anak
a. Melatih empati anak sejak dini, empati
adalah bagaimana buah hati kita bisa ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Cobalah sesekali anak kita diajak berbagi dengan teman atau sesama
yang kekurangan. Ayah dan bunda bisa lho memanfaatkan moment ultah buah hati
kita untuk berbagi hadiah pada teman/ tetangga yang kekurangan. Hal ini bisa
meningkatkan empati buah hati.
b. Sering-sering
mengajak anak bersosialisasi dengan teman sebaya. Ketika buah hati
kita sering kita ajak bersosialisasi dengan teman-temannya hal ini secara tidak
langsung akan melatih skill anak dalam bersosialisasi. Anak akan belajar bahwa
ada sikap-sikap positif yang harus dikembangkan agar teman-teman suka, tapi ada
sikap-sikap negatif yang harus dihindari.
c. Sesekali bisa juga kita ajak di forum
orang dewasa. Sesekali ayah dan bunda bisa
mengajak buah hati untuk ikut diacara-acara kita. Disini akan banyak skill yang
kita ajarkan ke anak. Misalkan bagaimana harus mneghormati orang yang lebih
tua, bersalaman ketika bertemu, tersenyum, ramah, menanyakan kabar. Hal-hal
yang dilihat oleh anak kita akan dipelajari dan di contoh oleh anak.
d. Presentasi diri dan keteladanan dari
orangtua. Biarkan buah hati kita melihat dan mencontoh
bagaimana cara kita bersosialisasi. Karena itu kita sebagai ayah dan bunda
harus menjadi contoh dan teladan bagaimana cara yang baik dalam berinteraksi.
2.2 PEMBAHASAN
Kecerdasan
Sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan dimasyarakat dan
kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan orang-orang disekitarnya.
Kecerdasan
Sosial terdiri atas 2 komponen yaitu Internal dan Eksternal, dimana internal
berkaitan dengan keinginan dalam diri untuk bersosial dan menjalin hubungan
baik dengan orang lain, maupun mengorbankan kepentingan diri demi kepentingan
orang lain. Adapun Kecerdasan Eksternal berkaitan dengan pengaruh dari orang
sekitar, seseorang akan berinteraksi dengan orang disekitar jika ada
kepentingan lain, baik berupa motivasi untuk mendapat pujian atau sanjungan
dari orang lain.
Model
Kecerdasan Sosial menurut Karl Albrecht
ada lima yaitu SPACE.
§ Kesadaran
Situasional (memahami dan peka terhadap kebutuhan serta hak orang lain);
§ Kemampuan
Membawa Diri(berkaitan dengan tingkah laku seseorang);
§ Keaslian
(berkaitan dengan nilai kejujuran yang mana akan dipercaya oleh orang lain);
§ Kejelasan
(kemampuan dalam menyampaikan ide secara persuasif/ bersifat ajakan);
§ Empati (sikap
untuk menerima pandapat orang lain secara ).
Pengaruh
Kecerdasan sosial terhadap kesuksesan merupakan pengaruh yang akan diterima
oleh seseorang yang berdasarkan tingkat Sosial interligensi juga umur
seseorang. Seseorang akan mengalami gangguan komunikasi apabila tingkat sosial
inteligensi dibawah 85, begitupun sebaliknya. Dalam mengatasi gangguan
komunikasi (autisme), maka perlu adanya pelatihan ketrampilan sosial, sehingga
dapat berinteraksi dengan orang lain secara baik.
Cara
meningkatkan kecerdasan sosial dapat dilakukan dengan meningkatkan komunikasi
dengan orang lain, mendengarkan secara aktif dll. Adapun mengembangkan
kecerdasan sosial pada anak dapat dilakukan dengan melatih empati anak sejak
dini, bersosialisasi dengan teman sebaya, maupun orang dewasa baik dilakukan
dalam keluarga maupun disekolah. Disekolah, pembelajaran ini dapat dilatih
dengan kegiatan diskusi kelas maupun kegiatan lainnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kecerdasan
Sosial adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan hubungan (relasi),
membangun dan juga mempertahankan relasi dengan orang lain, sehingga dapat
menguntungkan kedaua belah pihak. Dalam menjalin relasi ini, seseorang perlu
bersikap dan bertingkah laku baik, sehingga relasi ini dapat dipertahankan.
Orang
yang memiliki kecerdasan sosial yang tinggi biasanya mudah beradaptasi dan
pandai berkomunikasi. Contoh orang yang memiliki kecerdasan ini misalnya Public
Relation.
Dalam pembelajaran,
kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan sosial dapat dilakukan dengan diskusi
kelas. Adapun dalam keluarga dapat melatih anak untuk saling menghargai
pendapat orang lain, berempati, bersosialisasi dengan teman sebaya, maupun
orang dewasa.
3.2 SARAN
Pada dasarnya kecerdasan yang dimiliki seseorang haruslah di
gunakan dan dikembangkan secara terus-menerus guna memaksimalkan potensi diri
untuk lebih baik. Pada kecerdasan sosial, seseorang haruslah meningkatkan
interaksi dengan orang lain dengan memperhatikan sikap dan tingkah laku diri
sendiri maupun orang lain, baik merespon pendapat maupun dalam menyampaikan ide
ataupun gagasan, sehingga dapat dipahami dan diterima dengan baik.
sumber tulisannya dari mana ya?
BalasHapusAda dari buku PSikologi sebagai acuan, tapi sebagian besar merangkum.. maaf lupa
BalasHapus