UJIAN AKHIR SEMESTER
“Take Home Examination”
(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen
Kurikulum)
Dosen Pengampuh:
1.
Dr. Diding Nurdin, M.Pd
2.
Drs. Asep Sudarsyah, M.Pd
Oleh:
Nama : Syukron
NIM : 1202658
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
PERTANYAAN:
1.
Jelaskan pendapat dari para ahli kurikulum tentang landasan dalam
pengembangan kurikulum? Selanjutnya anda harus mengomentari dari masing-masing
landasan kurikulum tersebut !
2.
Jelaskan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum? Prinsip apakah yang menurut pendapat anda yang sering diabaikan oleh
pemerintah dan guru ketika mengimplementasikan kurikulum?
3.
Jelaskan komponen-komponen dalam pengembangan kurikulum? Bagaimana
pendapat anda berkaitan dengan adanya perubahan kurikulum?
4.
Kemukakan sejarah perkembangan kurikulum sampai dengan kurikulum
2013 ! Apa esensi perbedaan kurikulum 2004 (KBK), kurikulum 2006 (KTSP), dan
kurikulum 2013?
5.
Perubahan pembelajaran aba 21 berbeda dengan model pembelajaran
tradisional yang menekankan pada hafalan. Jelaskan model pembelajaran abad 21
yang mesti terjadi pada diri siswa dan
yang dilakukan oleh guru !
1.
Landasan dalam
Pengembangan Kurikulum dan Komentar mengenai Landasan Kurikulum
a.
Landasan-Landasan Kurikulum
1.
Asas Filosofis
Asas filosofis
dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan kurikulum hendaknya
berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau filsafat
berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti
cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan,
nikmat, hakikat, dan kebenaran.
Dalam hal ini
prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh suatu bangsa seperti pancasila,
kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat digolongkan
sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai pandangan hidup atau falsafah dalam
arti praktis.
Dalam
penyusunan kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah filsafat pendidikan
Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang
pelaksanaannya melalui pendidikan.
Pandangan hidup
bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan
yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan, harapannya tidak
boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan
kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah
menentukan tujuan umum pendidikan.
2.
Asas Psikologi
Asas psikologi berarti
kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat psikologi. Manusia sebagai
makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek
psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut dikembangkan dengan
perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam kurikulum sebagai
berikut:
§ Aspek ketakwaan : dikembangkan
dengan kelompok bidang agama
§ Aspek cipta : dikembangkan
dengan kelompok bidang studi ekstra, sosial, bahasa, dan filsafat.
§ Aspek rasa : dikembangkan
dengan kelompok bidang studi seni
§ Aspek karsa : dikembangkan
dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti, Agama, dan PPKN.
§ Aspek karya
(kreatif) : Dikembangkan
melalu kegiatan penelitian, independen studi, dan pengembangan bakat.
§ Aspek karya
(keprigelan) : Dikembangkn
dengan berbagai mata pelajaran keterampilan.
§ Aspek kesehatan : Dikembangkan
dengan kelompok bidang studi kesehatan, olahraga.
§ Aspek sosial : Dikembangkan
melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong, kerja bakti, KKN, PPL, dan
sebagainya.
§ Aspek karya : Dikembangkan
melalui pembinan bakat dan kerja madiri.
3.
Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi
Sosiologi
adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki berbagai gejala sosial hubungan antar
individu dengan individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga ilmu
masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup bagi manusia. Masyarakat
merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka
mengatur diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu kesatuan sosial.
Sekolah adalah
institusi sosial yang didirikan dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan
kebutuhan asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan pelaksanaan
banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial yang berkembang dan selalu
berubah di dalam masyarakat
4.
Asas Teknologi
Ilmu
pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu
pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk
kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Sebaliknya praktik yang
tanpa didasari oleh ilmu pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
Kurikulum tidak
boleh meninggalkan kemajuan teknologi pendidikan. Peningkatan penggunaan
teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien
proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih
bahan dan penyampaiannya. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa
mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri, selanjutnya, system
penyampaiannya tidak harus dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang
peran guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media
cetak maupun non cetak terutama media elektronik, misalnya komputer, internet,
rekaman video, dan sebagainya.
Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran akan
dilakukan dengan berbagai system penyampaiannya, misalnya system pembelajaran
jarak jauh, yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul, Televisi
Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan, metode berprogram internet dan sebagainya.
b.
Komentar
mengenai Landasan Pengembangan Kurikulum
1)
Peta Konsep Mengenai
Landasan Pengembangan Kurikulum
2)
Komentar mengenai Landasan Pengambangan Kurikulum
Dari apa yang sudah dijelaskan diatas, bahwasannya dalam
mengembangkan kurikulum ada 4 landasan yaitu:
a.
Filosofi;
Pada landasan
pengembangan Kurikulum, harus berdasarkan pada Filosofis atau pandangan hidup suatu bangsa, dimana filosofi merupakan
hasil pemikiran manusia mengenai apa yang menjadi tujuan pendidikan, siapa
orang yang terlibat, apa isi dari pendidikan, dan bagaimana proses interaksi
pendidikan. Dari hasil pemikiran itulah
manusia dapat mengembangkan pemikirannya untuk mendapat kebenaran.
Berkaitan
dengan pengembangan kurikulum, filofis sangat mempengaruhi kurikulum itu
sendiri, mengapa karena sejatinya pengembangan kurikulum harus mencerminkan
falsafah atau pandangan suatu bangsa itu sendiri. misalnya Negara Indonesia,
ketika dijajah oleh Belanda dan Jepang, secara tidak langsung kurikulum yang
ada di Indonesia berkiblat pada Kurikulum Belanda maupun Jepang. Setelah mereka
diusir dari negara Indonesia, maka kurikulum nya pun berganti, yaitu kurikulum
yang berdasar pada falsafah bangsa (Pancasila).
Adapun dalam
Filsafat Khusus (Penerapan), menurut saya dapat menggunakan aliran filsafat
pendidikan Esensialisme, dimana dalam pengembangan kurikulum dapat disesuaikan
dengan nilai-nilai yang memiliki kejelasan
dan tahan lama, yang dapat memberikan kestabilan. Adapun nulai-nilai itu
dapat bersumber dari kebudayaan dan falsafah Indonesia.
b.
Psikologis;
Selanjutnya,
adalah landasan pengembangan kurikulum berdasar pada Psikologis. Dalam
pengembangan kurikulum, haruslah dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari
psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana peserta didik, serta
bagaimana perilaku siswa dalam belajar. Atas dasar itu, pengemabngan kurikulum
dapat dicabangkan menjadi 2, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar.
Pada Psikologi
Perkembangan, diharapkan pendidikan dapat berjalan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, kemampuan peserta didik, materi atau bahan pengajaran yang
sesuia dengan umur, bakat serta daya tangkap peserta didik begitu pula dengan
cara atau metode penyampaian materi kepada peserta didik yang dapat mudah
dimengerti dan dipahami secara baik.
Adapun mengenai
Psikologi Belajar, berkaitan dengan bagaimana peserta didik itu belajar, yang
secara sederhana dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang dapat
terjadi melalui pengalaman belajar. Dari semua perubahan tingkah laku peserta
didik baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik itu terjadi dikarenakan
oleh adanya proses pengalaman belajar. Dan dapat dikatakan bahwa pengalaman
belajar merupakan perilaku belajar peserta didik.
Menurut P. Hunt, ada
tiga keluarga atau rumpunan teori belajar yang dibahas dalam psikologi belajar,
yaitu teori disiplin mental, teori behaviourisme dan teori cognitif Gestald
Field.
Dari tiga teori belajar
menurut P. Hunt, saya meyakini bahwa teori Behaviorisme lah yang cocok mengenai
perkembangan psikologi pelajar anak. Dimana teori behaviorisme berasumsi bahwa
anak tidak memiliki potensi ketika masih kecil, dan potensi anak akan ada
manakala dapat dikembangkan secara optimal maupun pengaruh dari ligkungannya.
c.
Sosiologis dan Budaya;
Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari
sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa
kurikulum harus berlandaskan kepada landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari
masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal, maupun nonformal dalam
lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala
karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan
pendidikan. Oleh karena itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan
dengan kondisi, karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut.
Adanya penyesuaian antara pengembangan kurikulum dengan kondisi masyarakat
disekitar.
d.
Teknologi.
Selain
berlandaskan pada filosopi, Psikologis, Sosiologis dan Budaya, Teknologipun
turut berperan dalam mengembangkan kurikulum. Mengapa teknologi memiliki andil
dalam pengembangan kurikulum? Karena dalam perkembangan teknologi yang semakin
maju, maka pendidikanpun secara tidak langsung akan mengalami perubahan, baik
dari kurikulum yang sangkut pautnya dengan metode pembelajaran, alat peraga
pendidikan dll.
Jadi dalam pengembangan kurikulum, harus memperhatikan kondisi
perkembangan teknologi. Sehingga dalam melakukan kegiatan pendidikan, akan
efektif dan efisien.
2.
Prinsip-prinsip Pengembangan
Kurikulum dan Prinsip yang mana yang sering dilupakan oleh Pemerintah maupun
guru dalam Implentasi Kurikulum?
a.
Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip
yang digunakan untuk mengembangkan kurikulum merupakan hukum atau kaidah-kaidah
yang harus ada pada kurikulum. Sehingga dalam pengimplementasian kurikulum
dapat dijalankan secara baik dan benar.
Menurut Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan
lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1.
Prinsip
relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara
komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi).
Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebut memiliki relevansi
dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis),
tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan
kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2.
Prinsip
fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan
memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan
terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan
waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3.
Prinsip
kontinuitas; yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal,
maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas,
antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis
pekerjaan.
4.
Prinsip
efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal,
cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5.
Prinsip
efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai
tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
b.
Prinsip yang
dilupakan oleh Pemerintah maupun Guru dalam implementasi Kurikulum
§ Pemerintah;
Pemerintah dalam melakukan pengembangan
kurikulum, menurut saya tidak Efektif, misalnya dalam penerapan Kurikulum 2013.
Dalam penerapannya, banyak daerah di Indonesia yang kurang siap dengan perubahan
dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke Kurikulum 2013. Perubahan ini
secara tidak langsung akan merubah sistem, model, alat peraga pendidikan maupun
dari kesiapan guru itu sendiri dalam melakukan kegiatan pembelajaran dikelas.
Masalah efektif ini akan dapat diminimalisir
ketika dalam penerapan kurikulum 2013 dapat ditunda, hingga semua pihak siap
dengan adanya perubahan kurikulum ini.
Selain tidak memperhatikan prinsip Efektivitas,
pemerintah juga tidak memperhatikan prinsip Efisien. Dimana dalam penggunaan
media pendidikan misalnya buku. Peserta didik sebelumnya dapat menggunakan Buku
KTSP dari kakak kelasnya, namun setelah adanya perubahan kurikulum, maka buku
kakak kelasnya tidak bisa digunakan.
§ Guru atau Tenaga Pendidik
Fleksibelitas
merupakan keluawesan dalam mengambangkan kurikulu. Prinsip ini kurang
diperhatikan oleh Guru, terbukti dengan banyaknya Mata Pelajaran yang diajarkan
tidak mudah dipahami oleh peserta didik.
Sumber: http://vandha.wordpress.com/my-karya-ilmiah/artikel-dan-makalah/prinsip-pengembangan-kurikulum/
3.
Komponen-komponen dalam Pengembangan Kurikulum dan Bagaimana
kaitannya dengan Perubahan Kurikulum?
a.
Komponen-komponen Kurikulum
Bagan diatas menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh
empat komponen-komponen, yaitu komponen Tujuan, Isi kurikulum, Metode atau
strategi pencapaian tujuan, Komponen Evaluasi. Sebagai suatu sistem setiap
komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Apabila komponen yang membentuk
sistem kurikulum terganggu atau tidak saling berkaitan, maka sistem itu akan
terganggu.
a)
Komponen Tujuan
Berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin diharapkan. Tujuan
pendidikan mempunyai klasifikasi yaitu sebagai berikut:
§ Tujuan
Pendidikan Nasional
Yaitu tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir
yang harus dijadikan pedoman oleh semua pendidikan.
§ Tujuan
Institusional
Yaitu tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan.
§ Tujuan
Kurikuler
Yaitu tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata
pelajaran.
§ Tujuan
Pembelajaran
Merupakan bagian dari tujuan kurikulum, dapat didefinisikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki oleh anak setelah mereka mempelajari bahasan
tertentu dalam bidang studi tertentu dalam setiap pertemuan.
b)
Komponen Isi
Isi kurikulum hendaknya memuat semua aspek yang berhubungan dengan
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap atau perilaku), dan psikomotorik
(skill) yang terdapat pada isi setiap mata pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan
proses pembelajaran. Isi kurikulum dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk
mencapai dari semua aspek tersebut.
c)
Komponen Metode
Komponen Metode berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan
dalam rangka penncapaian tujuan.metode yang tepat adalah metode yang sesuai
dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam setiap pokok
bahasan.
d)
Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir
(Oliv, 1998). Proses tersebutn meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Merujuk pada pendapat tersebut, maka dalam konteks pengembangan kurikulum,
evaluasi merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kurikulum itu sendiri
Sumber: Tim Dosen Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan
Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi pendidikan.
b.
Pendapat saya mengenai komponen kurikulum dengan perubahan
kurikulum
Saya berpendapat, bahwa komponen kurikulum merupakan bagian yang
kompleks, tidak bisa dipisahkan. Dari pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa walaupun kurikulum akan terus berubah, namun dari komponen-komponen
penyusun kurikulum harus tetap ada.
4.
Bagaimana Sejarah Perkembangan Kurikulum dan Apa Esensi Perbedaan
dari kurikulum 2004, 2006, dan kurikulum 2013?
1.
Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Perkembangan Kurikulum di Indonesia terjadi 3 periode, dimana
perido pertama merupakan periode sebelum Kemerdekaan, pada kurikulum ini masih
dipengaruhi oleh kolonial Belanda dan Jepang. Selanjutnya yaitu kurikulum
Kemerdekaan yaitu
a.
Kurikulum
Rentjana Peladjaran 1947, saat itu kurikulum pendidikan di Indonesia masih
dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Karena suasana kehidupan berbangsa
saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism (pelaku pembaharuan) lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain di muka bumi ini.
b.
Pada tahun
1952, kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan, dengan menggunakan
sebutan Rentjana Peladjaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Ciri yang paling menonjol dalam kurikulum 1952 adalah setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Ciri yang paling menonjol dalam kurikulum 1952 adalah setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
c.
Menjelang tahun
1964, dilakukan kembali penyempurnaan sistem kurikulum di Indonesia, yang
hasilnya dinamakan Rentjana Pendidikan 1964.
Yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah penekanan pada pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional / artistik, keprigelan, dan jasmani.
Yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah penekanan pada pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional / artistik, keprigelan, dan jasmani.
d.
Dari Kurikulum
1964 diperbaharui menjadi kurikulum 1968, dalam hal ini terjadi
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Penekanan dalam Kurikulum 1968, pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Penekanan dalam Kurikulum 1968, pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik.
e.
Sebagai
pengganti kurikulum 1968 adalah kurikulum 1975. Dalam kurikulum ini
menggunakan pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI),
mengarah kepada tercapainya tujuan spesifik, yang dapat diukur dan dirumuskan
dalam bentuk tingkah laku siswa. Dalam pelaksanaannya banyak menganut psikologi
tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan
latihan (drill).
f.
Menjelang tahun
1983, kurikulum 1975 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan
masyarakat dan tuntutan perkembangan IPTEK. Sehingga dipertimbangkan untuk
segera ada perubahan. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan
pergantian kurikulum 1975 dengan kurikulum 1984.
Orientasi
kurikulum kepada tujuan instruksional, didasari oleh pandangan bahwa pemberian
pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di
sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum
memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan
apa yang harus dicapai siswa.
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral yakni pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral yakni pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
g.
Pada tahun
1993, disinyalir bahwa pada kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada
pola pengajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar yang kurang
memperhatikan muatan pelajaran, sehingga lahirlah sebagai penggantinya adalah
kurikulum1994.
Ciri-ciri yang
menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya adalah pembagian
tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan Pembelajaran di sekolah
lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi
pelajaran/isi). Dalam pelaksanaan kegiatan, guru harus memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,
dan sosial. Untuk mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang
mengarah kepada jawaban konvergen, divergen dan penyelidikan.
Selama dilaksanakannya
kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama sebagai akibat dari
kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), di
antaranya adalah beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata
pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran. Hal ini
mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah
satu upaya penyempurnaan adalah diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994.
Dan pada periode ketiga yaitu periode reformasi
dimana terdapat 3 kurikulum yaitu KBK, KTSP dan Kurikulum 2013. Adapun
penjelasannya yaitu:
a.
Kurikukum yang
dikembangkan pada tahun 2004 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standard
performan yang telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan
mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi
yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu KBK sebagai
pedoman pembelajaran.
b.
Yang paling
mutahir adalah KTSP, Untuk menghindari dampak negatif yang kemungkinan terjadi
seperti diuraikan di atas, perlu disosialisasikan secara luas dan benar esensi
KTSP dan potensi dampak positif yang akan dihasilkannya di dalam praktik
pendidikan di lapangan. Sikap kritis terhadap ide pembaharuan pendidikan memang
perlu dikembangkan, tetapi harus disertai dengan sikap keterbukaan (open
mindedness) dan keobjektifan di dalam menilai ide pembaruan tersebut. Agar
kesetimbangan penyikapan ini dapat terjadi diperlukan penajaman yang cukup
komprehensif, dengan mengedepankan sisi-sisi positif secara berimbang dengan
potensi resiko yang dapat ditimbulkannya terutama bila ide pembaharuan tersebut
tidak dipahami secara benar.
c.
Kurikulum 2013,
merupakan kurikulum yang dikembangkan berdasar pada kebutuhan dan perkembangan
zaman yang terus berubah, sehingga perlu adanya perubahan. Adapun ciri-cirinya:
1.
Kurikulum 2013 Kurikulum
berbasis sains
2.
Kurikulum untuk
SD bersifat tematif integratif (IPA akam menjadi materi pembahasan pelajaran
Bahasa Indonesia dan Matematika, sedagkan IPS akan menjadi pembahasan materi
pelajaran Bahasa Indonesia dan PPKN)
3.
Kompetensi yang
ingin dicapai yaitu kompetansi yang berimabng antar sikap, ketrampilan dan
pengatahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.
4.
Proses
pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian
berbasis tes dan portofolio saling melengkapi
5.
Jumlah mata
pelajaran ada 7 (pendidikan agama, PKn, B. Indo, matematika, Seni budaya dan
Prakarya, Penjaskes dan Pramuka)
6.
Alokasi waktu
per mata pelajaran (SD = 35menit, SMP = 40
menit, SMA = 4 5 menit)
2.
Esensi perbedaan dari Kurikulum 2004, 2006 dan kurikulum 2013
adalah:
Bahwasannya perubahan
kurikulum diharapkan dapat menyeimbangkan antara kompetensi siswa dengan
perkembangan zaman baik berkaitan dengan dunia kerja maupun dunia industri.
Perubahan kurikulum dari 2004 ke 2006 maupun dari 2006 ke kurikulum 2013 adalah
salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam menghadapi
perubahan zaman yang semakin maju dan kompleks.
Jadi esensi
dari perbedaan kurikulum satu dengan yang lain adalah untuk menjawab perubahan
zaman yang semakin maju dengan meningkatkan kualitas prestasi peserta didik.
5.
Bagaimana Pembelajaran abad ke 21 mengenai peran siswa dengan guru?
Model pembelajaran pada abad ke 21
adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa harus dituntut
lebih kreatif, sedangkan guru harus menjadi fasilitator. Adapun dalam
pembelajar ini, ada beberapa faktor prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang
digagas Jennifer Nichols tersebut dapat dijelaskan dan dikembangkan seperti
berikut ini:
a.
Instruction should be
student-centered
Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang
dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi
pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk
memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di masyarakat.
Pembelajaran berpusat pada siswa bukan berarti guru
menyerahkan kontrol belajar kepada siswa sepenuhnya. Intervensi guru masih
tetap diperlukan. Guru
berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki siswa dengan
informasi baru yang akan dipelajarinya. Memberi kesempatan siswa untuk belajar
sesuai dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing dan mendorong siswa
untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang dilakukannya. Selain
itu, guru juga berperan
sebagai pembimbing, yang berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan
dalam proses mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.
b.
Education should be collaborative
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang
yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali
informasi dan membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi
dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu
dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta
bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
Begitu juga, sekolah (termasuk di
dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja
sama
dengan lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling
berbagi informasi dan penglaman tentang praktik dan metode pembelajaran yang
telah dikembangkannya. Kemudian, mereka bersedia melakukan perubahan metode
pembelajarannya agar menjadi lebih baik.
c.
Learning should have
Pembelajaran tidak akan banyak
berarti jika tidak memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah.
Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Guru mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung
dengan dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan
nilai, makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian
kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.
d.
Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan siswa
menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat
memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya. Misalnya,
mengadakan kegiatan
pengabdian masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan
aktivitas tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam
berbagai pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: program
kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu
diajak pula mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan
kepedulian sosialnya.
Dengan kekuatan teknologi dan
internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak sosial
siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat tinggalnya, tapi dapat
menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan dunia. Pendidikan
perlu membantu siswa menjadi warga digital yang bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
__________,
(2010). Asas-asas Pengembangan Kurikulum. [Online]. Tersedia: http://jihadada.blogspot.com/p/asas-asas-pengembangan-kurikulum-a.html [13 Januari 2014].
Harahap,
Pandapotan. (2011). Prinsip Pengembangan Kurikulum. [Online].
Tersedia: http://vandha.wordpress.com/my-karya-ilmiah/artikel-dan-makalah/prinsip-pengembangan-kurikulum/ [diakses 13 Januari 2014].
_________, (2013). Penilaian Kurikulum
2013 Dinilai Premature. [Onilne]. Tersedia: http://sindikasi.inilah.com/read/detail/2019627/penerapan-kurikulum-2013-dinilai-prematur [13 Januari 2014]
Syaifuddin. (2012). Esensi Perubahan
Kurikulum. [Online]. Tersedia: http://syafiuddinfikom.blogspot.com/2012/06/esensi-perubahan-kurikulum.html [13 Januari 2014].
Sudrajat, Achmad. (2013). Prinsip
Pembelajaran Abad ke 21. [Online]. Tersedia http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/10/01/prinsip-pembelajaran-abad-ke-21/ [13 Januari
2014].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar