UJIAN TENGAH SEMESTER
“TAKE HOME EXAMINATION”
“Kendala dalam Pengelompokan Peserta Didik”
Dosen Pengampuh:
1.
Dr. Yati Siti Mulyati, M.Pd
2.
Dr. Eka Prihatin, M.Pd
Oleh:
Nama : Syukron
NIM : 1202658
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
BAB
II
LANDASAN
TEORI
a. Pengertian
”Pengelompokan atau grouping
adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya”
( Ali Imron, 1995: 75). Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka
berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan
pemberian layanan yang sama. Oleh kerena itu, pengelompokan (grouping)
ini lazim dengan istilah pengklasifikasian (clasification).
b. Tujuan
Tim
Dosen AP (1989: 99) menyimpulkan “Pengelompokan siswa diadakan dengan
maksud agar pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bisa
berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah
diprogramkan”.
c. Fungsi
Menurut William A Jeager dalam
pengelompokkan peserta didik dapat didasarkan kepada:
Fungsi integrasi, yaitu pengelompokkan berdasakan
kesamaan-kesamaan peserta didik. Pengelompokkan ini berdasarkan jenis kelamin,
umur, dan sebagainnya.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan
pembelajaran yang bersifat klasikal.
Fungsi perbedaan, yaitu
pengelompokkan peserta didik didasarakan kepada perbedaan-perbedaan yang ada
dalam induvidu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan sebagainnya.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang
bersifat induvidual.
d. Jenis-jenis
Ada banyak jenis pengelompokan
peserta didik yang dikemukakan oleh para ahli. Mitchun ( Ali Imron, 1995: 74)
mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik. Yang pertama, ia
namai dengan ability grouping, sedangkan yang kedua ia namai dengan sub-grouping
with in the class. Yang dimaksud ability grouping adalah
pengelompokan berdasarkan kemampuan di dalam setting sekolah. Sedangkan sub-
grouping with in the class adalah pengelompokan dalam setting kelas.
Pengelompokkan
berdasarkan kemampuan dalam setting sekolah meliputi:
1.
Pengelompokan dalam Kelas-kelas
Agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik,
peserta didik yang berjumlah besar perlu dibagi-bagi- menjadi kelompok-kelompok
yang disebut kelas. Banyaknya kelas disesuaikan dengan jumlah peserta didik
yang baru diterima, sedangkan jumlah peserta didik untuk (besarnya kelas=class
size), untuk setiap tingkat dan jenis sekolah bisa berbeda.
Sebagai pedoman dibawah ini:
a.
Untuk tingkat Sekolah Dasar besar
kelas jangan sampai melebihi 50 orang siswa.
b.
Untuk tingkat Sekolah Menengah Umum
besar kelas sekitar 40 orang siswa.
c.
Untuk tingkat Sekolah Menengah
Kejuruan besar kelas lebih baik kurang dari 40 orang siswa.
Dalam
menentukan berapa besar kelas ini, berlaku prinsip semakin kecil kelas semakin
baik. Karena, dengan demikian guru akan bisa lebih memperhatikan peserta
didiknya secara teliti.
2.
Pengelompokan Berdasarkan Bidang
Studi
Pengelompokan berdasarkan bidang
studi yang lazim disebut juga dengan istilah penjurusan, ialah pengelompokan
siswa yang disesuaikan dengan minat dan bakatnya. Pengukuran minat dan bakat
ini didasarkan pada hasil prestasi belajar (angka-angka) yang dicapai dalam
mata pelajaran-mata pelajaran yang diikuti. Berdasarkan hasil yang telah
dicapai dalam berbagai matapelajaran itulah seorang siswa diarahkan pada
jurusan dimana ia memperoleh nilai-nilai baik pada mata pelajaran untuk
jurusan tersebut. Contohnya: kalau di Sekolah Menengah Atas seperti penjurusan
IPA, IPS, bahasa dan lain sebagainya.
3.
Pengelompokkan Berdasarkan
Spesialisasi
Pengelompokkan berdasarkan
spesialisasi (pengkhususan) terdapat pada sekolah-sekolah Menengah Kejuruan.
Pengelompokkan berdasarkan spesialisasi pada hakekatnya sama dengan penjurusan,
namun penjurusannya lebih mengkhususkan pada bidang studi, misalnya penjurusan
di Sekolah Menengah Kejuruan seperti jurusan kecantikan, tata boga, dan
lain-lain.
4.
Pengelompokkan dalam Sistem Kredit
Pengajaran sistem kredit ialah
sistem pengajaran yang menggunakan ukuran satuan kredit untuk memberikan bobot
bagi setiap mata pelajaran. Bobot satu kredit, lengkapnya satu satuan kredit
semester (1Sks). Di Perguruan Tinggi, pengajaran sistem kredit bisa
dilaksanakan dengan dua cara, yaitu sistem kredit dengan sistem paket dan
sistem kredit dengan sistem sistem pilihan. Dalam sistem kredit dengan sistem
paket, untuk tiap semester telah ditentukan mata kuliah-mata kuliah apa saja
yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik. Sehingga pengelompokkan ini
tidak ada bedanya dengan pengajaran biasa (bukan sistem kredit). Sistem kredit
dengan sistem pilihan pada semester I (permulaan mahasiswa baru mengikuti
perkuliahan) dilakukan sistem paket. Seluruh mahasiswa harus mengikuti sejumlah
mata kuliah yang disajikan pada semester I yang pada umumnya adalah mata kuliah
dasar umum dan mata kuliah prasyarat. Sistem paket mungkin bisa diteruskan
sampai semester II. Tapi juga bisa sejak semester II sudah dimulai dengan
sistem pilihan. Setiap mahasiswa diberi kebebasan untuk memprogram dan memilih
mata kuliah yang disajikan. Inilah yang disebut dengan sistem kredit dengan
sistem pilihan. Dengan demikian pengelompokkan mahasiswa didasarkan pada
peserta mata kuliah, atau disebut juga dengan pengelompokkan berdasarkan mata
kuliah. Jika kelompok peserta mata kuliah terlalu besar jumlahnya, bisa
dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Yang masing-masing berukuran 30 atau 40
mahasiswa.
5.
Pengelompokkan Berdasarkan Kemampuan
Pengelompokkan berdasarkan kemampuan
(ability grouping) pernah dilakukan di Sekoalah Dasar Laboratorium Universitas
Negeri Malang. Pada setiap awal tahun ajaran diadakan “pemeriksaan” terhadap
tingkat kemampuan belajar. Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan tes-tes
keberhasilan belajar (achievement tes). Berdasarkan hasil/ prestasi yang
dicapai, siswa-siswa dalam kelas dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu:
kelompok cepat, kelompok sedang, kelompok lambat. Materi pelajaran yang
diberikan sesuai dengan kelompok-kelompok tersebut. Demikian seorang guru dalam
mengajar harus menyiapkan materi untuk tiga kelompok dan melayani ketiga
kelompok tersebut. Pengelompokkan ini disebut “achievement grouping”.
Pembagian siswa dalam kelompok di
atas, untuk setiap matap elajaran bisa berbeda. Contoh: Amir, untuk pelajaran
matematika termasuk kelompok cepat. Untuk bahasa Indonesia bisa masuk kelompok
sedang, dan mata pelajaran lain untuk matapelajaran lain. Namun, status
kelompok ini sifatnya tidak permanen. Seorang yang termasuk kelompok sedang,
suatu saat karena prestasinya naik bisa dipindahkan ke kelompok cepat begitu sebaliknya.
6.
Pengelompokkan Berdasarkan Minat
Pengelompokkan berdasarkan minat
banyak dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Oleh karena
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler cukup banyak jenisnya, maka kepada para siswa
diberi kebebasan untuk memilih jenis kegiatan sesuai dengan minatnya. Jenis
kegiatan yang diselenggarakan disesuaikan dengan jumlah kelompok peminatnya.
Jenis kegiatan yang hanya diminati oleh sekelompok kecil siswa, lebih baik
tidak diadakan dan peminatnya bisa dialihkan ke jenis kegiatan lain. Jika
mungkin seluruh siswa harus mengikuti salah satu jenis kegiatan
ekstrakurikuler. Sebaliknya seorang siswa jangan dibiarkan tidak mengikuti sama
sekali atau terlalu banyak kegiatan ekstrakurikuler ini agar tidak mengganggu
belajarnya.
Adapun kelompok-kelompok kecil pada
masing-masing kelas demikian dapat dibentuk berdasarkan karakteristik individu.
Ada beberapa macam kelompok kecil di dalam kelas ini, yaitu:
a. Pengelompokan
Berdasarkan Minat (Interest Grouping)
Yang dimaksud dengan interest grouping adalah
pengelompokan yang didasarkan atas minat peserta didik. Peserta didik yang
berminat pada pokok bahasan tertentu, pada kegiatan tertentu, pada topik
tertentu atau tema tertentu, membentuk ke dalam suatu kelompok.
b.
Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan
Khusus (Special Need Grouping)
Yang dimaksud dengan special need grouping, adalah
pengelompokan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Peserta
didik yang sebenarnya sudah tergabung dalam kelompok-kelompok, dapat membentuk
kelompok baru untuk belajar ketrampilan khusus.
c.
Pengelompokan Beregu (Team
Grouping)
Yang dimaksdud dengan team grouping adalah suatu
kelompok yang terbentuk karena dua atau lebih peserta didik ingin bekerja dan
belajar secara bersama memecahkan masalah-masalah khusus.
d. Pengelompokan
Tutorial (Tutorial Grouping)
Yang dimaksud dengan tutorial grouping adalah suatu
pengelompokan di mana peserta didik bersama-sama dengan guru merencanakan
kegiatan-kegiatan kelompoknya. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh
kelompok bersama dengan guru tersebut, telah disepakati terebih dahulu. Antara
kelompok satu dengan yang lain, bisa berbeda kegiatannya, karena mereka
sama-sama mempunyai otonomi untuk menentukan kelompoknya masing-masing.
e.
Pengelompokan Penelitian (Research
Grouping)
Yang dimaksud dengan research grouping adalah suatu
pengelompokan di mana dua atau lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus
untuk dilaporkan di depan kelas. Bagaimana cara penggarapan, penyajian serta
sistem kerja yang dipergunakan bergantung kepada kesepakatan anggota kelompok.
f.
Pengelompokan Kelas Utuh (Full-Class
Grouping)
Yang dimaksud dengan ful-class grouping adalah suatu
pengelompokan di mana peserta didik secara bersama-sama mempelajari dan
mendapatkan pengalaman di bidang seni. Misalnya saja kelompok yang berlatih
drama, musik, tari dan sebagainya.
g.
Pengelompokan Kombinasi (Combined
Class Grouping)
Yang dimaksud dengan combined
class grouping adalah suatu pengelompokan di mana dua atau lebih kelas yang
dikumpulkan dalam suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran film,
slide, TV dan media audio visual lainnya.
BAB II
PEMBAHASA
HAMBATAN & KENDALA
PENGELOMPOKAN PESERTA DIDIK
Di SDN Dr. Cipto dalam pembagian peserta didik berdasarkan
kelas-kelas. Maksudnya adalah bahwa dalam pengelompokkan peserta didik dibagi
berdasarkan kelas. Karena pada dasarnya pengelompokkan kelas bertujuan agar proses belajar mengajar bisa
berjalan dengan baik, peserta didik yang berjumlah besar perlu dibagi-bagi
menjadi kelompok-kelompok yang disebut kelas. Banyaknya kelas disesuaikan
dengan jumlah peserta didik yang baru diterima, sedangkan jumlah peserta didik
untuk (besarnya kelas=class size), untuk setiap tingkat dan jenis sekolah
bisa berbeda.
Sebagai pedoman dibawah ini:
d.
Untuk tingkat Sekolah Dasar besar
kelas jangan sampai melebihi 50 orang siswa.
e.
Untuk tingkat Sekolah Menengah Umum
besar kelas sekitar 40 orang siswa.
f.
Untuk tingkat Sekolah Menengah
Kejuruan besar kelas lebih baik kurang dari 40 orang siswa.
Dalam
menentukan berapa besar kelas ini, berlaku prinsip semakin kecil kelas semakin
baik. Karena, dengan demikian guru akan bisa lebih memperhatikan peserta
didiknya secara teliti.
Analisa dari sisi Manajemen Peserta
Didik
§ Berdasarkan
pedoman yang diatas, sekolah SDN Dr. Cipto ini tidak melebihi ketentuan yang
ada yaitu satu kelas hanya terdapat 40 peserta didik.
§ Semakin
banyak siswa dalam kelas, maka tingkat keefektifan kelas semakin rendah. Dari jumlah 40 peserta didik, itu tidak sangat
tidak efektif. Karena dengan dalam
pembelajaran secara individualisasi sangat terbatas, pelajaran yang diberikan
guru kepada peserta didik cenderung menggunakan metode ceramah tanpa
partisipasi kelompok maupun individu, hanya terjadi komunikasi lisa,
partisipasi menyeluruh sangat kurang, kerja menulis kurang ditangani guru,
persiapan guru kurang sehingga tanaggung jawab mereka bertambah.
Hambatan dan kendala dalam melakukan
pengelompokkan peserta didik di SDN Dr. Cipto
System pengelompokkan
di SDN Cipto selama ini tidak mengalami perubahan dengan system yang berbeda, hal ini dikarena dari tahun ke tahun
pengelompokkan peserta didiknya hanya melakukan pengelompokan peserta didik
dengan sistem yang sama yaitu pengelompokkan berdasarkan kelas-kelas tak lain
karena pengelompokkan peserta didik itu hanya dilakukan hanya pada kelas satu
SD saja, berbeda dengan SMA yang berdasarkan kemampuan (IPA, IPS, maupun
Bahasa).
Dalam pengelompokkan
peserta didik di SDN Cipto tidak ada hambatan yang terlalu berarti, karena
dalam pengelompokkan peserta didik pihak sekola menjalankan fungsi Integritas.
Dimana pengelompokkan peserta didik berdasarkan pada jenis kelamin, umur dan
sebaginya. Yang mana diatur sedemikian rupa sehingga tidak adanya kesenjangan
antara kelas satu dengan lainnya baik secara jumlah, jenis kelamin, tingkat
kemampuan maupun domisili dll.
Hambatan yang sering
muncul ketika pengelompokkan peserta didik terbentuk manakala ada dari pihak
orang tua yang menginkan adanya perpindahan kelas dikarenakan berbagai alasan
misalnya karena domisili yang berdekatan. Nah untuk mengatasi permasalahan
tersebut, pihak sekolah biasanya mensiasati hambatan tersebut dengan melakukan
barter. Dimana adanya pertukaran anatara siswa satu dengan yang lainnya. Namun ketika hal tersebut dilakukan, maka
akan muncul permasalahan baru yaitu masalah administratif maupun tingkat ketimpangan
kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Fuji
Rahayu, Entin. (2011). Pengelompokkan Peserta Didik. [Online].
Tersedia: http://12entinfujirahayu.wordpress.com/2011/05/04/pengelompokan-peserta-didik/
. [23 Oktober 2013].
___,
(2009). Pengelompokkan Siswa.
[Online]. Tersedia: http://www.doublehelixprivat.com/2009/05/teknik-pengelompokkan-siswa.html
[akses 23 Oktober 2013].
Cacadika
Wendika. (2012). Manajemen Perserta Didik. [Online].
Tersedia: http://wendikacacadika.blogspot.com/2012/01/manajemen-peserta-didik.html [akses 23 Oktober 2013].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar